Jakarta – TAMBANG. PT Inalum Antam Alumina (IAA), perusahaan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah, Kalimantan Barat, patungan antara PT Indonesia Asahan Alumina (persero) atau Inalum (50%) dan PT Antam (persero) Tbk siap melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini ditandai oleh penandatanganan joint venture agreement (JVA) kedua belah pihak pada kamis (14/4) di gedung Kementrian BUMN, Jakarta.
JVA ini merupakan implementasi sinergi lanjutan yang telah dimulai sejak Nota Kesepahaman (MoU) dan pokok-pokok perjanjian (Heads of Agreement) disepakati pada tahun 2015 lalu. Setelah penandatangan ini, proyek SGA akan berlanjut dengan Engineering, Procurement Construction (EPC) setelah pembicaraan dengan pihak Alumunium Corporation of China (Chalco) selesai.
SGA ini rencananya memiliki kapasitas sebesar 2 juta ton SGA per tahun yang akan dibangun bertahap (kapasitas 1 juta ton SGA per tahun pada tahap I) dengan kebutuhan bijih bauksit sebesar 6 juta wmt per tahun. “Melalui pengoperasian SGA, Antam dan Inalum akan dapat mengolah cadangan bauksit yang ada sehingga Inalum akan memperoleh pasokan bahan baku aluminium dari dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor alumina,” ujar Direktur Utama Antam, Tedy Badrujaman.
Inalum saat ini memiliki kapasitas peleburan aluminium sebesar 250.000 ton aluminium ingot per tahun yang membutuhkan minimal 500.000 ton alumina per tahun. “Inalum berencana untuk meningkatkan kapasitas menjadi 500.000 ton aluminium per tahun pada tahun 2020 yang membutuhkan minimal 1 juta ton alumina per tahun sebagai bahan baku,” ujar Direktur Utama Inalum, Winardi Sunoto.
Sebagai informasi, proyek smelter ini dijadwalkan akan berlangsung selama 30 bulan dan diharapkan rampung pada kuartal IV 2019. Pada tahap awal, kapasitas smelter ini sebesar 1 juta SGA per tahun dan akan meningkat menjadi 2 juta SGA per tahun.