Beranda Batubara Impor Batu Bara Thailand dari Indonesia Turun

Impor Batu Bara Thailand dari Indonesia Turun

Jaringan saluran transmisi listrik di Thailand. Sumber foto: livingthai.org

 

TAMBANG, JAKARTA. THAILAND mengimpor 1,93 juta ton batu bara pada April, naik 13,8% ketimbang April tahun lalu. Data Kantor Bea Cukai Thailand menyebutkan, sebanyak 999.154 metrik ton merupakan batu bara jenis bituminous, kalorinya sekitar 7.000-8.000, naik 6,9% ketimbang periode yang sama tahun lalu.

 

Sebagian besar impor batu bara Thailand berasal dari Australia, yakni 566.487 ton, naik empat kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya impor dari Indonesia turun 45,3% dibanding Januai-April tahun lalu, menjadi 432.182 ton.

 

Thailand juga mengimpor batu bara jenis antrasit sebesar 20.593 ton. Batu bara jenis antrasit ditandai dengan warnanya hitam mengkilap, struktur kompak, kandungan karbon sangat tinggi. Nilai kalorinya juga tinggi. Kandungan abu dan sulfurnya rendah. Nilai kalori antrasit sekitar 8.300 kkal/kilogram.

 

Impor antrasit naik 5,2% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Impornya sebagian besar dari Rusia, yakni sebesar 14.700 ton. Padahal tahun lalu Thailand tak mengimpor batu bara antrasit sama sekali dari Rusia. Impor lainnya berasal dari Cina (5.875 ton, naik 0,6%).

 

Impor batu bara jenis lainnya adaalh 915.046 ton pada April, naik 22,8% ketimbang April tahun lalu. Hampir seluruh impor itu berasal dari Indonesia.

 

Dari Januari-April, Thailand mengimpor 7,12 juta ton batu bara. Periode yang sama tahun lalu impornya 6,71 juta ton.

 

Dari impor sebanyak itu, 3,42 juta ton merupakan jenis bituminous. Indonesia merupakan pemasok utamanya, yaitu 2,05 juta ton, tetapi secara volume, turun 4,1% ketimbang periode yang sama tahun lalu.

 

Sebaliknya impor dari Australia naik 20%, menjadi 1,37 juta ton.

 

Impor antrasit oleh Thailand dalam empat bulan pertama tahun ini mencapai 31.232 ton. Pada Januari-April tahun lalu, impornya mencapai 51.510 ton, alias 39,4% lebih banyak.

 

Pengapalan dari Rusia totalnya 19.718 ton, dari tak ada impor sama sekali tahun lalu. Sementara impor dari Cina naik 95,2% menjadi 11.494 ton.

 

Thailand juga mengimpor 3,67 juta ton batu bara jenis lain, selama Januari-April. Indonesia merupakan pemasok utama, mencapai 3,43 juta ton. Januari-April tahun lalu, impor dari Indonesia 3,38 juta ton.

 

Sebagaimana diberitakan media energi Platt, selama Januari-Maret tahun ini Thailand memproduksi batu bara jenis lignit 3,87 juta ton, naik 1,2% dibanding Januari-Maret tahun lalu. Batu bara jenis lignit memiliki kalori rendah, di kisaran 2.000-3.000 kilo kalori per kilogram.

 

Menurut data yang disiarkan Kantor Perencanaan dan Kebijakan Energi Thailand pada 12 Mei lalu, hampir semua batu bara lignit itu digunakan oleh Otoritas Pembangkit Listrik Thailand, untuk menjadi bahan bakar pembangkit listrik yang dikelolanya.

 

Pada kuartal pertama tahun ini, Thailand mengonsumsi 9,8 juta ton batu bara, termasuk yang jenis lignit. Keperluan untuk pembangkit batu bara mencapai 5,86 juta ton. Sisanya dipakai untuk keperluan industri.