Beranda Tambang Today IKATA Tegaskan Program Hilirisasi Minerba Mutlak Dilakukan Pemerintahan Baru

IKATA Tegaskan Program Hilirisasi Minerba Mutlak Dilakukan Pemerintahan Baru

IKATA
Ketua IKATA UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, Catur Gunadi (tengah). Dok: Rian/TAMBANG.

Jakarta, TAMBANGIkatan Alumni Tambang (IKATA) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta menegaskan bahwa program hilirisasi mineral dan batu bara di pemerintahan baru mutlak dilakukan. Hal tersebut disampaikan Ketua IKATA UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, Catur Gunadi.

“Sepahaman kami, (pada) pemerintahan baru bahwa ketika kita bertransisi, hilirisasi adalah mutlak,” ungkap Catur Gunadi di sela-sela Seminar Nasional bertajuk Reposisi Kontribusi Sumber Daya Mineral dan Batu Bara Menuju Transisi Energi, Ekonomi Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan yang Berkeadilan di Jakarta, Selasa (24/9).

Menurut Catur Gunadi, hilirisasi merupakan jawaban yang pas dari isu transisi energi. Termasuk menjadi solusi dari agenda pemensiunan dini PLTU yang bahan bakunya berasal dari batu bara.  

“Karena jawaban dari transisi energi justru hilirisasi. Jawaban atas retirement batu bara jawabannya ada di mineral,” beber Catur.

Kata Catur, pondasi hilirisasi telah dibangun oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sehingga sudah selayaknya program ini dilanjutkan oleh Presiden terpilih Prabowo-Gibran. Selain makan siang gratis, materi kampanye pasangan Prabowo-Gibran yang jadi unggulan adalah hilirisasi.

“Pemerintahan sebelumnya Bapak Jokowi telah meletakkan dasar-dasar hilirisasi yang cukup termasuk hilirisasi nikel, bauksit dan tembaga. Tapi IKATA dan 6.000 anggotanya setidaknya mengcapture dari materi-materi kampanyenya bahwa Pak Prabowo akan meneruskan program-program Pak Jokowi. Setidaknya dari kampanyenya,” beber dia.

Hilirisasi mineral dan batu bara sendiri mengacu pada proses pengolahan sumber daya alam menjadi produk yang lebih bernilai tinggi. Dalam konteks mineral, hilirisasi mencakup kegiatan seperti pengolahan bijih menjadi logam atau produk turunan lainnya.

Sedangkan untuk batu bara, hilirisasi bisa meliputi pengolahan batu bara menjadi gas, cairan, atau produk lainnya yang memiliki nilai jual lebih tinggi, seperti briket.

Tujuan dari hilirisasi adalah untuk meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, serta meningkatkan pendapatan daerah dan negara. Proses ini juga dapat membantu meminimalkan dampak lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya secara lebih efisien.

Catur menyampaikan, sejauh ini hilirisasi di dalam negeri pun masih belum terlalu hilir, belum ada material yang sampai pada end product. Katanya baru sampai bahan baku industri tertentu.

Gelar Halalbihalal Akbar, IKATA UPN ‘Veteran’ Yogyakarta Komitmen Majukan Pertambangan RI

“Ternyata kita baru hilir. Kata Pak Tri Winarno, Pak Dirjen yang baru, belum sehilir-hilirnya. Ternyata end product belum, baru Pada tahap masih tetap bahan baku dalam industri. Itu yang kurang,” beber Catur.

Sebagai informasi, IKATA UPN “Veteran” Yogyakarta memiliki alumni sekitar 6.000 orang. Kata Catur, mereka tersebar di berbagai sektor baik di pemerintahan maupun non pemerintahan.

Seminar Nasional digelar untuk menyambut Hari Pertambangan dan Energi yang jatuh pada tanggal 28 September. Peringatan ini juga untuk mengenang jasa empat tokoh pertambangan yang berhasil mengambil alih kantor Chisitsu Chosasho (Jawatan Geologi) dari pihak Jepang dan diubah menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi.

Keempat tokoh tersebut yakni R Ali Tirtosoewirjo, A F Lasut, R Soenoe Soemosoesastro dan Sjamsoe M Bahroem.

Seminar Nasional IKATA UPN “Veteran” Yogyakarta menggandeng sejumlah asosiasi di antaranya IMA, APBI, ASPINDO, APKPI, APNI, IAGI, ATBI dan lain-lain.