Jakarta,TAMBANG. Badan Energi Internasional (International Energy Agency,IEA) telah merilis laporan terkait batu bara di 2021. Dalam laporan tersebut, lembaga ini menyebutkan permintaan batu bara di 2021 bakal naik 2,6%. Kenaikan ini ditopang oleh permintaan listrik dan output industry yang lebih tinggi.
Meski mengalami kenaikan namun tidak akan sebesar tahun 2019. Atau malah lebih rendah jika asumsi pemulihan ekonomi, permintaan listrik, harga gas tidak terpenuhi. Lembaga ini mencatat pasar batu bara ke depan akan ditentukan selain oleh aspek pemulihan ekonomi pasca pandemi juga oleh faktor harga gas dan juga harga energi baru dan terbarukan.
Permintaan batu bara juga masih akan terus tumbuh sampai tahun 2025. Saat itu konsumsi batu bara diperkirakan mencapai 7,4 miliar ton. Mendekati konsumsi batu bara di 2013 yang ketika itu mencapai 8 miliar ton. Ini merupakan titik tertinggi dari angka konsumsi batu bara yang kemudian secara perlahan akan turun. Namun grafik penurunannya tidak akan turun cepat dalam waktu dekat.
“Energi baru dan terbarukan berada di jalur untuk melampaui batu bara sebagai sumber listrik terbesar di dunia pada tahun 2025. Pada saat itu, gas alam kemungkinan besar akan mengambil alih batu bara sebagai sumber energi primer terbesar kedua setelah minyak,” terang Direktur Pasar Dan Keamanan Energi IEA, Keisuke Sadamori.
Ia menambahkan, “Namun dengan permintaan batu bara yang diperkirakan masih stabil atau tumbuh di negara-negara ekonomi utama Asia, tidak ada tanda bahwa batu bara akan menghilang dengan cepat.”.
IEA menyebut ada dua negara dan satu kawasan sebagai penggerak utama pasar batu bara ke depan. Cina, India dan Kawasan Asia Tenggara tercatat sebagai konsumen terbesar. Cina sendiri setiap tahun mengkonsumsi 4 miliar ton batu bara. Sebagian besar untuk pembangkit listrik. Seiring dengan pemulihan ekonomi setelah pandemi covid-19, permintaan batu bara Cina terus meningkat.
Diperkirakan konsumsi batu bara Cina masih akan tumbuh dan mencapai puncaknya di tahun 2025. Seiring dengan komitmen Pemerintah Cina yang ingin menjadi negara bebas karbon pada 2060. Namun batu bara masih akan menjadi sumber energi andalan.
Di China, pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing dan profitabilitas sektor batu bara. Pada tahun 2020, Pusat Perdagangan Batubara dibuka di Beijing dan dua perusahaan besar baru dibentuk, Jinneng Holding Group (di Shanxi) dan Shandong Energy Group. Perusahaan-perusahaan ini, bersama dengan China Energy Investment Corporation, akan memproduksi lebih dari 1 miliar ton batu bara setiap tahun.
Di India, pemerintah bermaksud untuk mengubah sektor batubaranya dengan meningkatkan efisiensi dan daya saing. Pada November 2020, 50 juta ton kapasitas penambangan batubara tahunan dialokasikan melalui proses lelang. Penawaran awal ini masih kecil volumenya dibandingkan dengan tingkat produksi Batubara India sebesar 600 juta ton setahun dan total produksi domestik India mencapai sekitar 800 juta ton per tahun.
Lembaga ini juga menyebutkan meski perdagangan batubara internasional akan pulih pada tahun 2021. Ditopang peningkatan permintaan global, prospek jangka menengahnya sangat tidak pasti. Hal ini terutama terjadi terkait dengan evolusi kebijakan impor China dan perkembangan produksi batu bara termal asli India.