Jakarta,TAMBANG,- Dewan Internasional Pertambangan dan Logam (ICMM) telah mengumumkan rencana mengkonsolidasikan standar pertambangan yang bertanggung jawab ke dalam satu kerangka kerja tunggal yang diakui secara global. Langkah ini dilakukan menuju akuntabilitas dan transparansi di industri pertambangan global. Untuk mewujudkan rencana tersebut, ICMM akan menggandeng Dewan Emas Dunia, Copper Mark, dan Asosiasi Pertambangan Kanada. Dari kegiatan ini akan ada standar baru yang lebih disederhanakan.
Hal ini disampaikan Presiden ICMM Rohitesh Dhawan dalam ajang Investing in African Mining Indaba di Cape Town, Afrika Selatan. Rotish menjelaskan kembali tanggung jawab bersama untuk memenuhi standar industri dan menyoroti komitmen perusahaan untuk praktik sukarela yang melampaui peraturan nasional. “Kami tidak mengklaim menjadi dan tidak seharusnya menjadi hakim, jaksa, juri, dan polisi. Perlu diingat bahwa semua yang kami lakukan bersifat sukarela dan lebih dari sekadar memenuhi peraturan nasional,” ungkap Rohitesh.
Sementara terkait dengan kerja sama bersama Dewan Emas Dunia, Copper Mark, dan Asosiasi Pertambangan Kanada bertujuan untuk menghasilkan standar global yang terkonsolidasi untuk pertambangan yang bertanggung jawab. Dari sana diharapak akan ada proses penjaminan yang terpadu, memastikan ketertelusuran yang jelas dan yang terpenting independensi melalui sistem tata kelola multi-pemangku kepentingan. Standar konsolidasi ini siap menjadi sumber informasi tunggal yang andal dan diterapkan secara konsisten di seluruh industri.
Inisiatif ini bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan-perusahaan yang sudah bertanggung jawab, namun juga bertujuan untuk memberikan dampak global dalam skala besar. Dengan sekitar 25.000 perusahaan pertambangan di seluruh dunia, ICMM menyadari perlunya penerapan standar konsolidasi secara luas untuk menciptakan perbedaan yang berarti.
Diskusi ini juga berpusat pada proposisi apakah industri pertambangan menghadapi masalah serius dalam mendorong diskusi yang masuk akal dan berdasarkan fakta di tengah maraknya misinformasi.
Direktur Natural Resource Governance Institute Afrika Nafi Chinery mengajukan pertanyaan apakah hambatan kolaborasi diperburuk oleh lingkungan “pasca-kebenaran” saat ini. Chinery menegaskan keprihatinannya mengenai polarisasi perdebatan seputar perubahan iklim dan transisi industri pertambangan, khususnya di Afrika. Ia menggarisbawahi perlunya kepercayaan dan transparansi, dengan menyebutkan dampak positif pertambangan di berbagai negara dan juga mengakui kekhawatiran mengenai dampak lingkungan dan sosial.