Jakarta-TAMBANG. Di tengah lesunya pasar batu bara, produksi batu bara PT Berau Coal Energy,Tbk (BRAU) sampai kuartal III tahun ini mencapai 20 juta ton. Dengan pencapaian ini, manajemen perseroan mengaku optimis target produksi sepanjang 2015 sebesar 26,5 juta metrik ton akan tercapai. Untuk diketahui di tahun 2014, realisasi produksi batu bara perseroan sebesar 24,2 juta metrik ton.
“Produksi kuartal III masih sesuai target, sejauh ini tidak ada revisi produksi,” tegas Direktur Independen PT Berau Coal Energy, Arief Wiedharto usai Rapat Umum Pemegang SAaham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (21/10). Produksi batu bara salah satu perusahaan tambang terbesar Indonesia ini dikontribusi oleh tiga wilayah pertambangannya, yakni Lati, Binungan, dan Sambarata di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Dalam RUPST yang diadakan hari ini, Para pemegang saham menyetujui laporan keuangan tahun 2014. Sepanjang 2014, produksi batu bara Berau Coal, anak usaha PT Berau Coal Energy mencapai 24,2 juta MT yang dihasilkan dari tambang Sambarata sebanyak 5 juta metrik ton, Binungan sebanyak 9,3 juta metrik ron MT dan Lati sebanyak 9,9 juta metrik ton. Dari total produksi, sebesar 84% diekspor ke Tiongkok, Taiwan, India dan negara Asia lainnya. Sisanya 16% dijual ke pasar domestik.
Dari sisi kinerja keuangan, perseroan berhasil menekan rugi bersih 50,25% menjadi US$ 84,9 juta dari 2013 sebesar US$ 170,7 juta. Sementara pendapatan penjualan di 2014 melemah 4 % akibat turunnya harga batu bara menjadi US$ 55 per ton dari 2013 sebesar US$ 61 per ton.
Di tengah kondisi pasar batu bara yang melemah, perseroan mengedepankan inovasi dan efisiensi guna menekan biaya produksi. Hal yang dilakukan diantaranya prioritas produksi dilakukan pada pit tambang yang memiliki nilai ekonomis seperti Binungan blok 8 dan Sambarata B East. Area Binungan dan Sambarata menghasilkan batu bara dengan kualitas tinggi. Binungan memproduksi batu bara kalori 5.505-6.050 kcal per kg, sedangkan Sambarata menghasilkan batu bara kalori 4.000-5.860 kcal per kg.
Selain itu meski kondisi pasar batu bara sedang lesu, Manajemen BRAU memastikan belum akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan masih memilih melakukan efisiensi dalam berbagai kegiatan operasi pertambangan.
“Efisiensi, belum akan PHK dan sebisa mungkin tidak kita lakukan. Akan ada perubahan strategi pertumbuhan dalam dua sampai tiga tahun ke depan dengan fokus pada efisiensi,” kata Arief. Selain itu, perseroan juga melakukan kaji ulang (review) karena harga batu bara terus menurun. Kendati demikian, target produksi diyakini tercapai.
Sementara belanja modal perseroan sampai sekarang yang sudah terserap sebesar Rp.12 miliar dari total belanja modal yang dialokasi perseroan sebesar Rp.18 miliar. “Capex tahun ini target Rp18 miliar ada sekitar Rp12 miliar sudah terserap, kita review semua karena harga terus turun. Sedangkan realisasi produksi sudah mencapai 20 juta ton dari target tahun ini 26,5 juta ton,” jelas Arief.
Seperti diketahui saat ini PT Berau Coal Energy,Tbk merupakan pemegang tidak langsung 90% saham PT Berau Coal. Sesuai dengan laporan JORC 2014 cadangan batubara yang dimiliki Perseroan sebanyak 519 juta MT, tersebar di Tambang Lati 100 Juta MT, Binungan 360 Juta MT, dan Sambarata sebanyak 59 juta MT. Sedangkan total potensi sumberdaya batu bara sebanyak 2.727 Juta MT di seluruhan konsesi.
Dari aspek lingkungan tahun ini PT Berau Coal mendapat peringkat Emas untuk tambang Binungan, dan peringkat Hijau untuk tambang Lati dan Sambarata dalam Program Peringkat Pengelolaan lingkungan Hidup (PROPER) dari Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur pada 5 Juni 2015.
Tak hanya itu, PT Berau Coal juga mendapatkan Trofi Aditama atau setingkat Emas dalam pengelolaan lingkungan pertambangan dari Kementrian ESDM pada 17 September 2015. Sementara di tingkat ASEAN, perseroan mengantongi gelar runer up pertama di ajang ASEAN Center for Energy dalam kategori Pertambangan Batu bara Terbuka. Penghargaan ini diberikan dalam acara ASEAN Coal Awards 2015 pada 9 Oktober 2015 lalu.