Jakarta, TAMBANG – PT Harum Energy (HRUM) beserta entitas anak mencatatkan kinerja positif diawal tahun 2022. Dijelaskan, perusahaan tambang batu bara yang berpusat di Kalimantan Timur ini selama kuartal I berhasil membukukan pendapatan sebesar USD152,178 juta.
Angka ini meningkat drastis dibanding tahun lalu di periode yang sama yang hanya sebesar USD 57,08 juta. Kenaikan dipicu oleh pendapatan dari kontrak dengan pelanggan dalam hal penjualan batu bara yang sebesar USD149,38 juta dan dari pendapatan sewa sebesar USD2,79 juta.
Direktur Utama HRUM, Ray Antonio Gunara menyebut, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan untuk penjualan batu bara diakui ketika pengendalian atas batu bara dialihkan kepada pelanggan pada suatu jumlah yang mencerminkan imbalan yang diharapkan kelompok usaha sebagai imbalan atas barang tersebut.
“Kelompok Usaha secara umum menyimpulkan bahwa mereka adalah prinsipal dalam pengaturanpendapatannya,” ungkap Ray dalam keterbukaan informasi, dikutip Rabu (11/5).
Ray menambahkan, pendapatan sewa yang juga cukup signifikan berasal dari penyewaan jasa alat berat. Menurutnya, pendapatan sewa alat berat diakui dengan dasar akrual secara proporsional saat alat berat digunakan dalam proses produksi.
“Pendapatan sewa berdasarkan waktu (time charter) diakui pada saat penggunaan aset oleh pelanggan sejalan dengan berlalunya waktu atau pada saat periode digunakannya aset yang bersangkutan,” imbuhnya.
Selain itu, pendapatan sewa juga didasarkan pada kuantitas (freight charter) yang diakui pada saat jasa diberikan berdasarkan volume muatan barang.
Sementara, laba bersih perseroan mencapai USD62,80 juta atau melesat 255,05% dari sebelumnya yang hanya USD17,68 juta. Dengan demikian laba per saham dasar perseroan tumbuh menjadi USD0,023, dari sebelumnya USD0,006.
Selama kuartal I, batu bara perseroan dominan diserap oleh negara-negara Asia Timur seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang. Dari ketiga negara tersebut total pendapatan yang diterima perusahaan mencapai USD117,35 juta.
Nilai ekspor itu disusul dengan negara Asia Selatan seperti India, Bangladesh dan Pakistan dengan total USD9,198 juta. Sementara, total pendapatan dari Thailand dan Belanda mencapai USD10,83 juta.