Jakarta, TAMBANG – Harita Nickel melalui unit bisnisnya PT Halmahera Persada Lygend telah mengoperasikan lini produksi kedua di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Sehingga kapasitas produksinya naik menjadi 250 ribu ton per tahun berupa campuran padatan hidroksida dari nikel dan kobalt (mixed hydroxide precipitate/MHP).
Rencananya pada kuartal kedua 2022, proyek lanjutan berupa pabrik nikel sulfat akan selesai sehingga dapat memproduksi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Produk-produk ini merupakan bahan baku yang digunakan untuk baterai lkendaraan listrik.
Head of External Relation Harita Nickel, Stevi Thomas mengungkapkan, lini produksi pertama Halmahera Persada Lygend yang telah diresmikan pada Juni 2021 lalu itu, telah beroperasi dengan baik dan menjadi produk ekspor andalan di Indonesia.
“Sebanyak 5.300 ton MHP hasil pemurnian bijih nikel kadar rendah berhasil kami kapalkan akhir Juni lalu. Ini menjadi kebanggaan kita semua, khususnya Maluku Utara sebagai daerah yang pertama kali memproduksi dan mengekspor bahan baku baterai kendaraan listrik. Apa yang telah dilakukan Harita telah menghasilkan devisa serta memberi nilai tambah yang berlipat ganda terhadap komoditas tambang tanah air.” kata Stevi Thomas melalui keterangan resminya, Jumat (17/12).
Ia menambahkan, hingga akhir November 2021, pihaknya telah mengekspor 60 ribu ton MHP. Ekspor MHP ini berdampak langsung pada peningkatan nilai ekspor daerah yang selama ini mengandalkan hasil pengolahan bijih nikel menjadi besi nikel atau feronikel melalui smelter.
Pada kesempatan terpisah, Deputi Kepala Perwakilan BI Maluku Utara, Hario Kartiko Pamungkas mengungkapkan, industri hilirisasi di sana mendominasi komoditas ekspor selama 2021 ini
Produk hilirisasi berupa feronikel dan nikel oksida memiliki porsi terbesar, dengan jumlah masing-masing 93,42% dan 4,60%. Angka tersebut menjadi salah satu faktor kunci pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang mencatatkan nilai positif.
“Provinsi Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan ekonomi kedua terbesar di Indonesia pada triwulan III 2021, sebesar 11,41%. Angka tersebut berada di bawah Provinsi Papua 14,54% dan di atas Sulawesi Tengah 10,21%,” ujarnya
Hario juga menjelaskan, capaian tersebut tak lepas dari perkembangan industri smelter dan pemurnian nikel di Halmahera Selatan yang dikembangkan Harita Nickel.
Lebih lanjut, Stevi Thomas berharap dengan beroperasinya lini produksi kedua ini, ekonomi daerah akan terus meningkat dan juga berdampak pada neraca perdagangan nasional yang semakin positif.
“Selain itu, penyerapan tenaga kerja juga semakin bertambah dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi regional,” pungkasnya.