Jakarta-TAMBANG–PT Vale Indonesia Tbk (“INCO) masih mencatat keuntungan triwulan ini di tengah harga nikel yang melemah. Laba perusahaan nikel terbesar Indonesia di triwulan ketiga ini tercatat sebesar US$10,0 juta. “Laba kami tetap positif di tengah siklus harga komoditas yang sulit karena kami sangat fokus dalam implementasi strategi bisnis kami,” demikian CEO dan Presiden Direktur Perseroan Nico Kanter.
Nico juga menjelaskan bahwa pihaknya senantiasa terus melanjutkan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Di triwulan ini PT Vale kembali berhasil menurunkan beban pokok pendapatan kas per unit triwulanannya sehingga lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Padahal dbeberap pokok triwulan sebelumnya merupakan rekor terendah dalam lima tahun terakhir.
Di tempat lain produksi perseroan triwulan III sebesar 15% lebih tinggi dari produksi di triwulan II tahun ini. Di triwulan ini pengiriman nikel matte juga meningkat 20% dari triwulan sebelumnya. Hal ini mendorong peningkatan pendapatan sebesar 3% dari triwulan sebelumnya, meskipun ada penurunan sebesar 14% terhadap harga realisasi rata-rata nikel.
Sejauh ini perseroan juga belum merevisi target produksi dengan tetap mempertahankan target produksi tahunan sekitar 80.000 metrik ton (mt) nikel. Namun Perseroan kini sedang memantau musim kemarau yang diprediksi akan berkepanjangan yang dapat mempengaruhi ketersediaan listrik dari bendungan-bendungan pembangkit listrik tenaga air di sekitar Soroako. Di tempat lain mengkaji alternatif-alternatif yang ada dan kemungkinan dampaknya terhadap produksi.
Beban pokok pendapatan per metric ton triwulanan dari penjualan nikel matte merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir. Hal ini terutama karena penurunan biaya energi, biaya tetap per unit yang terdilusi karena produksi yang lebih tinggi dan juga depresiasi Rupiah.
Perseroan terus berupaya meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar per unit produksi dengan efisiensi operasional yang lebih baik. Selain itu PT Vale juga diuntungkan dari rendahnya harga Minyak Bakar Bersulfur Tinggi (HSFO), minyak diesel dan batu bara yang lebih rendah.
Meski demikian di kuartal II ini membukukan rugi selisih kurs sebesar US$9,3 juta sebagai bagian dari beban lainnya. Ini terjadi karena aset-aset Rupiah – terutama piutang pengembalian pajak – yang harus dinilai kembali pada akhir periode pelaporan ketika Rupiah (Rp) sangat terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (US$).
Nico memastikan PT Vale akan senantiasa berupaya untuk terus berkembang di tengah volatilitas harga komoditas seperti saat ini dan akan terus mengendalikan biaya-biayanya serta mengelola arus kasnya secara hati-hati. Kas dan setara kas Perseroan pada 30 September 2015 tercatat sebesar US$318,5 juta; lebih tinggi dari kas dan setara kas pada 30 Juni 2015 sebesar US$270,1 juta.
Perseroan terus mengevaluasi rencana belanja modalnya untuk tahun 2015 dan akan mengurangi perkiraan belanja modal berkelanjutannya sebesar sekitar 6,5% menjadi sekitar US$110,8 juta. Perseroan juga akan menunda semua belanja modal untuk pertumbuhan ke tahun-tahun berikutnya karena beberapa izin dan lisensi yang diperlukan untuk pembangunan belum diperoleh.Pengurangan ini tidak akan mempengaruhi pemenuhan kepatuhan kami terhadap peraturan, pengurangan biaya, produksi atau keberlanjutan operasi. Selama periode sembilan bulan pertama tahun 2015 ini Perseroan telah mengeluarkan sekitar US$76,2 juta untuk belanja modal berkelanjutan.
Oleh karena itu manajemen PT Vale berkeyakinan bahwa Perseroan telah berada di jalur yang tepat untuk melaksanakan strateginya memastikan rencana pertumbuhan jangka panjang yang menguntungkan dengan meningkatkan efisiensi dan keunggulan biaya serta memaksimalkan produksi melalui keunggulan operasional.