TAMBANG, JAKARTA. HARGA nikel mencapai titik tertinggi dalam enam pekan terakhir setelah Filipina, pemasok utama nikel ke Cina, mengumumkan bahwa sebagian besar perusahaan tambang berkurang produksinya. Sebanyak tiga perempat tambang nikel di Filipina dinyatakan tidak memenuhi persyaratan lingkungan, sehingga harus berhenti dahulu operasinya.
Produksi nikel di Filipina berkurang 56%, menyusul dihentikannya produksi pada sejumlah tambang. Filipina merupakan pemasok sepertempat kebutuhan bijih nikel dunia. Dalam penjelasannya kepada media, akhir pekan lalu, Wakil Menteri Lingkungan Filipina, Leo Jasareno mengatakan, perusahaan tambang memiliki waktu tujuh hari untuk menanggapi rekomendasi penutupan, yang dilayangkan Komite Audit.
Dari 41 tambang logam di Filipina, sebagian besar adalah tambang nikel. Sebanyak 20 tambang telah direkomendasikan untuk dihentikan sementara operasinya, jika mereka tidak memberi respons baik terhadap rekomendasi itu. Sebanyak 10 lainnya distop total, dan 11 lainnya memenuhi standar lingkungan.
‘’Hasil Komite Audit ini betul-betul mengejutkan, bila dilihat jumlah tambang yang harus dihentikan. Angkanya melebihi perkiraan,’’ kata Mike Dragosits, Stategis Komoditi Senior TD Securities, Toronto, kepada Bloomberg. Harga nikel untuk pengiriman tiga bulan ke depan naik 0,9%, menjadi US$ 10.630 per ton.
Sejak Agustus lalu, harga naik 3,5%. Titik tertinggi yang pernah dicapai sejak 10 Agustus lalu adalah US$10.900 per ton. Bila yang dihitung adalah sejak audit terhadap tambang dilakukan, yaitu pada Juni lalu, harga nikel telah naik 25%.