MANILA, TAMBANG. NICKEL Asia Corp., produsen utama nikel di Filipina tahun ini memperkirakan akan mengekspor nikel bisa menyamai tahun lalu. Pada 2015, Nickel Asia Corp mengapalkan nikel 19,7 juta metric ton basah dari empat tambangnya, sebagian besar ke Cina. Nikel itu digunakan sebagai campuran bahan pembuat baja.
‘’Kami perkirakan, harga rendah sudah lewat. Berkurangnya produksi membuat pasokan berkurang,’’ kata Kepala Eksekutif Nickel Asia, Gerard H. Brimo.
Nickel Asia pada kuartal pertama ini mengapalkan 3,49 juta ton berat basah ke Cina dan Jepang. Nickel Asia, yang sebagian sahamnya dimiliki perusahaan Jepang, Sumitomo Metal Mining Co. ikut menikmati untung dari kebijakan Pemerintah Indonesia yang melarang ekspor mineral mentah. ‘’Meski harga saat ini masih rendah, saya berharap bisa mengekspor dalam jumlah yang sama dengan tahun lalu,’’ kata Brimo.
Sebagaimana diberitakan Reuters, industri tambang nikel Filipina merupakan pemasok terbesar ke Cina sejak 2014, setelah Indonesia mengharamkan ekspor nikel dan mineral mentah lainnya.
Sebagai respon terhadap permintaan dari Cina yang melemah, serta turunnya harga, kelompok perusahaan tambang di luar Nickel Asia sepakat untuk mengurangi produksi sebanyak 20%.
Harga nikel di Bursa Logam London diperdagangkan pada US$ 8.950 per ton, Selasa kemarin. Ini kenaikan yang lumayan. Pada 11 Februari, harganya mencapai $7.550, terendah sejak 2003.
Menurut data terakhir, Cina mengimpor bijih menah dan konsentrat dari Filipina sebanyak 1,5 juta ton, dalam dua bulan terakhir. Ini merupakan 90% dari total impor nikel oleh Cina, dan turun 24% dibanding periode yang sama tahun lalu.