Hong Kong, TAMBANG. TAK seluruh permintaan bijih nikel oleh Cina bisa dipenuhi Filipina. Diperkirakan situasi ini akan mendongkrak harga nikel olahan naik 15%.
Media livemint.com kemarin memberitakan, pasokan dari Asia Tenggara tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Cina, yang sudah terlanjut membangun banyak smelter sebelum Indonesia melarang mineral mentah, mulai Januari 2014.
Manny Samson, Kepala Keuangan Nickel Asia Corp, perusahaan nikel terbesar di Filipina mengatakan, produksi Cina akan nickel pig iron bakal turun 30%, begitu Cina hanya mendapat pasokan nikel dari Filipina. Nickel pig iron merupakan hasil olahan nikel dengan kualitas lebih rendah yang dipakai untuk pembuatan baja tahan karat.
‘’Cina betul-betul hanya akan tergantung pada pasokan Filipina, begitu stok bijih nikel yang dibeli dari Indonesia habis,’’ kata Samson. ‘’Pengusaha Cina kini harus mencari sumber nikel dari mana saja,’’ lanjutnya.
Pasokan nikel yang mengetat akan mendorong harga menjadi US$16.000 per ton di Bursa Logam London. Harga nikel untuk penyerahan tig bulan ke muka, di Bursa London, naik 2,5% menjadi US$ 13.760 per ton. Pada Mei 2014, harga nikel mencapai titik tertinggi. Sejak itu harganya turun hingga mencapai 34%.
Filipina memang menggenjot produksi semenjak Indonesia melarang ekspor. Namun, impor Cina masih 33% di bawah impor pada 2010.
‘’Antara kuartal ketiga dan keempat ini, timbunan bijih nikel di pelabuhan akan hilang sama sekali,’’ kata Samson. ‘’Ini akan menjadi faktor kuat pendorong harga,’’ lanjutnya.
Pada akhir Maret, stok bijih nikel di pelabuhan Cina tinggal 120.000 ton. Pada awal 2015, jumlahnya mencapai 194.000 ton.
Stok yang ada sekarang bisa mencukupi untuk kebutuhan industri baja Cina selama tiga bulan.
Pada 2015 ini, Filipina diperkirakan bisa mengekspor 43 juta ton bijih nikel. Ini hanya cukup untuk membuat 350.000 ton nickel pig iron. Sebelum pelarangan oleh Indonesia, Cina menghasilkan 485.000 ton nickel pig iron.
Indonesia mengekspor 10,6 jut ton bijih nikel pada 2014, sebelum pelarangan diterapkan. Pada tahun sebelumnya, Indonesia mengekspor 41,1 juta ton.
Filipina menggantikan peran Indonesia, sejak pelarangan ekspor diterapkan. Maret lalu, sebanyak 98% impor nikel Cina didatangkan dari Filipina.
Pada 2016, dunia akan kekurangan pasokan 70.000 ton bijih nikel, pada tahun ini, hanya 33.000 ton.