Jakarta,TAMBANG. – Harga minyak dunia yang menguat memberi dampak positif bagi kinerja keuangan dan operasional PT Pertamina EP. Anak usaha PT Pertamina (Persero) yang merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama di bawah supervisi dan koordinasi SKK Migas mencatat kenaikan pendapatan dalam enam bulan pertama tahun ini.
Di Semester I tahun ini Pertamina EP membukukan pendapatan USD 1.458 juta. Ini berarti naik 118 persen dari USD 1.234 juta (year-on-year/yoy) didorong oleh penjualan dalam negeri non-BBM sebesar USD 1.442 juta serta ekspor minyak mentah dan gas USD 16,4 juta.
“Kenaikan pendapatan juga ditopang oleh kenaikan harga minyak, yaitu USD 66,28 per barel, naik 138,1 persen dari USD 48,48 per barel dari periode sama tahun lalu. Sementara harga gas sebesar USD 6,07 per MSCF atau naik 102,63 persen dari USD5,92 (yoy),” ungkap Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf.
Nanang juga menjelaskan kenaikan pendapatan Pertamina EP di semester I ini berasal dari hasil penjualan lifting di dalam negeri sebesar 13.632,26 MBO. Sementara dibanding RKAP 2018 sebesar 30.143 MBO, capaian ini sama dengan 45,2 persen terhadap RKAP 2018. Sedangkan penjualan ekspor minyak berasal dari ekspor kondensat Senoro Field Matindok sebesar 155 MBO ke Singapura dan Korea Selatan serta penjualan ekspor gas dari Unitisasi Suban sebesar 863,12 MMSCF ke konsumen Gas Supply Pte Ltd Singapura.
“Peningkatan penjualan sepanjang semester satu juga ditopang oleh realisasi produksi migas Pertamina EP yang naik 101,76 persen menjadi 252.529 BOEPD pada tahun 2018 dari 248.161 BOEPD di tahun 2017 (year of year),” terangnya.
Sementara laba bersih anak usaha yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi ini sebesar USD 361 juta di Semester I/2018. Capaian ini sama dengan 65,95 persen dari target tahun ini sekitar USD547 juta. Sementara jika dibanding realisasi periode yang sama terjadi kenaikan 124,76 persen. Untuk diketahui laba bersih PT Pertamina EP di tahun 2017 sebesar USD 289,4 juta atau 48,56 persen dari RKAP sebesar USD 595 juta. Nanang juga menegaskan bahwa peningkatan laba bersih pada semester I ditopang oleh kenaikan penjualan.
Dari sisi kinerja operasi realisasi produksi harian minyak Pertamina EP hingga akhir Juni adalah 76.000 BOPD atau 91.65 persen dari angka RKAP 2018 sebesar 83rb BOPD. Capaian ini juga sama dengan 96.36 persen dibandingkan dengan realisasi produksi harian minyak di tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi gas hingga Juni 2018 mencapai 1.022,4 MMSCFD dari target RKAP sebesar 986.110 MMSCFD. Angka ini lebih tinggi 104,28persen daripada posisi akhir Juni 2017 sebesar 980,44 MMSCFD. Secara total produksi migas Pertamina EP sampai ahir Juni 2018 sebesar 252.529 BOEPD atau 99.73persen dibandingkan RKAP 2018 sebesar 253.203.
“Dari lima asset dan kemitraan, kontributor terbesar produksi minyak adalah Asset 5 di Kalimantan dengan produksi rata-rata 18.530 BOPD sekitar 24 persen dari total produksi minyak Pertamina EP. Sedangkan produksi gas terbesar ada di Asset 2 di Sumatera Selatan sebesar 437,4 MMSCFD atau 43persen dari total produksi gas Pertamina EP. Untuk total produksi migas ada di Asset 2, yaitu 92.424 BOEPD atau sekitar 37persen,” ujar Nanang.
Asset 5 yakni Wilayah Kalimantan sebagai kontributor produksi minyak terbesar, salah satunya dari hasil pemboran pada Field Tarakan (di Struktur Sembakung) dan Field Bunyu (Struktur Bunyu). Sedangkan Asset 2 sebagai kontributor produksi gas terbesar didukung oleh perbaikan kinerja kompresor di Field Prabumulih dan penambahan empat unit kompresor di Field Pendopo.
Nanang juga menjelaskan bahwa Pertamina EP juga telah merealisasikan anggaran biaya operasi (ABO) sebesar USD 567 juta. Ini berarti naik 112,8persen dibandingkan periode sama tahun lalu USD 502,4 juta. Sedangkan anggaran biaya investasi (ABI) hingga akhir Juni sebesar USD 199,4 juta, naik 105,3 persen dari USD 189,67 (year of year).
Sementara untuk kegiatan eksplorasi Pertamina EP melakukan kegiatan eksplorasi yang telah mencapai tujuh sumur. Sebanyak tiga sumur sudah selesai eksplorasi dan empat sumur dalam pelaksanaan pemboran. Untuk seismic 2D telah dilakukan sepanjang 153km dan 3D seluas 344 km2.
“Pada semester II kami proyeksikan realisasi pemboran mencapai 13, seismic 2D sepanjang 1190 km dan 3D seluas 444 km2. Pemboran dilakukan pada beberapa area potensial seperti Akasia Maju dan Pinus Harum di Jawa Barat, Sekarwangi di Sumabgsel, dan Wolai di Sulawesi Tengah,” pungkasnya.