Jakarta – TAMBANG. Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price / ICP) bulan Nopember 2014 tercatat turun US$ 8,33 per barel dibanding bulan sebelumnya, dari US$ 83,72 per barel ke US$ 75,39 per barel. Perubahan harga tersebut sejalan dengan penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, yang seluruhnya mengalami penurunan.
Khusus harga minyak produksi Indonesia jenis Minas / Sumatera Light Crude (SLC) juga dilaporkan mengalami penurunan sebesar US$ 8,13 per barel dari bulan Oktober 2014, ke angka US$ 76,33.
Penurunan harga rata-rata jenis minyak mentah utama lain di pasar internasional adalah sebagai berikut.
> West Texas Intermediate (WTI / Texas Light Sweet) – New York Merchantile Exchange (NYMEX) turun US$ 8,53 per barel dari US$ 84,34 per barel ke US$ 75,81 per barel.
> Brent – Intercontinental Exchange (ICE) turun US$ 8,42 per barel dari US$ 88,05 per barel ke US$ 79,63 per barel.
> OPEC Reference Basket (ORB / OPEC Basket) turun US$ 9,14 per barel dari US$ 85,06 per barel ke US$ 75,92 per barel.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong naik pergerakan harga minyak di pasar internasional. Pertama adalah kesepakatan negara-negara OPEC yang enggan memotong produksi, dan mempertahankan kuota produksi di angka 30 juta barel per hari. Pertemuan antara Arab Saudi, Venezuela, Mexico, dan Rusia pun gagal untuk menyepakati pemotongan produksi.
Kemudian, laporan berkala dari (IEA) menyebut bahwa pasokan minyak mentah dari negara-negara Non-OPEC di bulan Oktober meningkat sebanyak 65 ribu barel per hari, terutama dari Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris Raya.
Sementara itu, laporan dari Energy Information Administration (EIA) – Amerika Serikat menununjukkan bahwa tingkat stok mingguan minyak mentah dan BBM di negara tersebut selama bulan Nopember 2014 mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya. Stok minyak mentah dilaporkan naik 2,8 juta barel, sementara stok BBM melonjak 4,6 juta barel.
Di saat yang sama, Arab Saudi pun menurunkan harga jual resmi minyak mentah untuk tujuan Amerika Serikat. Nilai tukar mata uang Dollar Amerika Serikat pun masih mengalami tren penguatan dibanding mata uang lainnya.
Khusus untuk kawasan Asia Pasifik, turunnya harga minyak terjadi karena Jepang mencatatkan penurunan permintaan minyak mentah, sebagai akibat proses pemeliharan kilang serta berkurangnya penggunaan minyak mentah sebagai direct burning untuk pembangkit listrik. Faktor lain yang tidak dapat dipungkiri ikut menurunkan harga minyak adalah masih melemahnya perekonomian Cina.