Beranda Batubara Harga Logam Membaik, Mitsubishi Mulai Berlaba

Harga Logam Membaik, Mitsubishi Mulai Berlaba

TAMBANG, JAKARTA. HARGA komoditi yang rontok telah merepotkan perusahaan perdagangan. Tetapi dalam laporannya untuk periode April-Juni ini, Mitsubishi Corp menunjukkan tanda-tanda pulih. Laba bersih pada divisi logam dan energi naik 2,4 kali lebih besar ketimbang periode yang sama tahun lalu.

 

 

Divisi logam menunjukkan kinerja mengesankan. Dari rugi 360 miliar yen (sekitar $3,51 miliar atau Rp 40 triliun lebih) pada tahun fiskal yang berakhir Maret, menjadi berlaba. Melihat kinerja keuangan, yang diumumkan pada 2 Agustus lalu, Kepala Eksekutif Keuangan, Kazuyuki Masu mengatakan, ‘’Akhirnya kami berlaba.’’

 

 

Membaiknya kinerja divisi logam karena adanya perbaikan pada anak usahanya di Australia yang bergerak di bidang batu bara, yakni Mitsubishi Development. Pada tahun 2008, di tengah lakunya komoditi, Mitsubishi Development mengantongi laba hampir 200 miliar yen.

 

 

Tetapi ketika harga jatuh, kinerjanya juga rontok. Kerugian membesar, karena rontoknya divisi bijih besi. Kerugian pada tahun itu mencapai 57,7 miliar yen, membuat induk usahanya, Mitsubishi, untuk pertama kalinya seusai Perang Dunia II merugi.

 

 

Sebagaimana ditulis oleh kantor berita Nikkei, pada April-Juni tahun ini, Mitsubishi Development mengantongi untung 6,6 miliar yen. Tahun lalu, rugi 3,9 miliar yen. Situasi membaik karena harga batu bara untuk keperluan metalurgi, atau coking coal, harganya meningkat. Batu bara yang banyak digunakan untuk industri baja itu harganya naik dari $89 per ton menjadi $91. Kenaikan harga itu terasa manfaatnya, karena Mitsubishi sudah melakukan efisiensi terlebih dahulu.

 

 

Mitsubishi masuk ke pasar batu bara Australia dengan mengambil alih 15% saham sebuah perusahaan tambang, melalui Mitsubishi Development, yang didirikan pada 1968. Dulunya, Mitsubishi ini kegiatannya hanya berinvestasi, tapi tidak masuk ke produksi.

 

 

Pada 2001, Mitsubishi Development menyetor 100 miliar yen, sehingga sahamnya di tambang batu bara itu naik menjadi 50%, sisanya dimiliki oleh BHP Billiton. Sejak itu, Mitsubishi menempatkan eksekutifnya ke dalam pengelolaan tambang sehari-hari. Mitsubsihi pun lebih serius mengelola tambang coking coal itu. Pada 2014, sebanyak 700 pegawai, termasuk staf operasional, dipangkas. Tahun ini, setelah melihat biaya produksi, Mitsubishi memperkirakan hanya akan mengurangi 10% biayanya.

 

 

Kata Presiden Direktur Mitsubishi Development, Takehiko Kakiuchi, perusahaannya akan secara perlahan beralih dari perusahaan investasi ke manajemen. ‘’Manajemen di perusahaan komoditi bermakna pengalihan aset,’’ katanya. Untuk itu, Mitsubishi sudah menjual aset investasi nikelnya di Indonesia, sehingga mendapatkan uang tunai 7,9 miliar yen.