Jakarta-TAMBANG. Setelah mengalami pelemahan cukup dalam di beberapa tahun terakhir, diyakini harga baru bara saat ini telah mencapai batas bawah. Ini terlihat dari gejala penguatan harga salah satu sumber energi ini dalam beberapa bulan terakhir.
Hal ini salah satunya disampaikan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) Surpiatna Suhala. “Kalau dilihat dari fenomena yang ada sekarang bisa dikatakan harga batu bara saat ini sudah mencapai bottom dan akan cenderung menguat,”katanya. Fenomena yang dimaksud oleh Supriatna tidak lain saat ini para trader batu bara mulai berkeliaran mencari batu bara.
“Ini biasanya tanda-tanda harga batu bara sudah mencapai harga terendah dan mulai menguat. Dimana banyak trader yang mencari batu bara. Ada yang karena kontraknya sudah berakhir dan kemudian mau diperpanjang tetapi perusahaan tambang sulit untuk penuhi kalau denganharga saat ini. Ada juga yang ingin mencari batu bara tetapi susah mendapatkannya karena banyak tambang yang ditutup dengan alasan tidak ekonomis untuk ditambang,”terang Supriatna yang ditemui di kantornya di Jakarta,(27/4).
Lebih lanjut Supriatna menjelaskan dengan harga yang terus melemah, banyak tambang yang akhirnya ditutup. Sehingga konsumen atau para trader yang ingin membeli batu bara saat ini mulai kesulitan mencari batu bara. Situasi ini yang akan mendorong penguatan harga batu bara. Akan tetapi menurutnya penguatan yang terjadi tidak akan sampai pada harga yang pernah dicapai beberapa tahun silam hingga di atas US$100 per ton. “Kalau harga menguat diantara US$60 sampai US$65 per ton sudah bagus,”katanya.
Sebagaimana diketahui dalam dua bulan terakhir di tahun 2016, Harga Batubara Acuan (HBA) menguat. Setelah melemah di Bulan Februari 2016 diharga US$50,92 per ton, secara berturut-turut dalam dua bulan terakhir HBA menguat. Di Bulan Maret naik menjadi US$51,62 per ton dan di Bulan April kembali menguat menjadi US$52,32 per ton.