Jakarta-TAMBANG. Harga batu bara masih belum stabil. Ini terlhat dari pergerakan harga Harga Acuan Batu bara (HBA) yang dikeluarkan oleh Kementrian ESDM. Setelah menguat di bulan Maret dan April pada Bulan Mei harga yang menjadi acuan bagi pasar batu bara domestik ini mengalami koreksi ke US$51,2 per ton. Namun memasuki bulan Harga si emas hitam ini menguat menjadi US$51,81 per ton. Harga rata-rata HBA dalam enam bulan di tahun 2016 ini US$51,81 per ton.
Menurut GM Eksplorasi PT Bhakti Coal Waskito Tanuwijoyo menilai kenaikan harga batu bara ini lebih karena pasar yang mulai kekurangan pasokan. “Produksi yang menurun karena banyak tambang yang ditutup telah menyebabkan pasokan batu bara ke pasar mulai berkurang. Namun kenaikan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini tidak signifikan,”kata Waskito.
Menurut Waskito pasar batu bara dalam jangka menengah masih dalam tekanan dan belum banyak berharap untuk menguat secara significant. “Konsumsi Cina dan beberapa negara maju mulai menurun. “Sementara India mulai meningkatkan produksi dalam negeri untuk mengurangi impor dari negara lain,”terang Waskito.
Sementara Wakil Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan harga batubara masih cenderung fluktuatif dalam beberapa periode ke depan. “Memang terjadi penguatan tapi belum signifikan. Kelihatannya harga sudah pernah mencapai titik terendah jadi sejak Feb, Maret sudah ada peningkatan meski belum signifikan”jelas Hendra. Lebih lanjut menurut Hendra kenaikan harga ini kemungkinan dipicu juga oleh penurunan produksi secara global sehingga oversupply semakin berkurang. “Mungkin juga didorong secara psikologis atas membaiknya harga minyak,”tandas Hendra.