TAMBANG, JAKARTA. HARGA material hasil tambang menikmati kenaikan lumayan tinggi, terbaik sejak 2008. Kenaikan itu dipicu oleh melemahnya dolar Amerika, membaiknya pasokan, dan adanya keseimbangan pasar. Bijih besi, minyak, emas,batu bara, dan seng memimpin kenaikan itu.
Harga batu bara termal, yang banyak dipakai untuk pembangkit listrik, naik menembus US$50 per ton, beberapa pekan terakhir. Harga batu bara dari pelabuhan Newcastle, yang selama ini jadi acuan harga batu bara Asia, naik hampir 5% sejak bulan lalu dan menuju $54 pekan ini. Menurut Argus, lembaga pemantau harga komoditas, kendati harga itu sudah tinggi, tetapi maih di bawah puncaknya pada 2008 yang mencapai US$ 180.
Media The Financial Times hari ini melaporkan, kenaikan harga komoditas itu mengejutkan para analis yang memperkirakan harga batu bara untuk pasar ekspor masih lemah.
Harga batu bara turun 20% tahun lalu akibat berkurangnya konsumsi, pengurangan terbesar sejak 1980. Penurunan kebutuhan batu bara terutama karena Cina, pasar terbesar batu bara, banyak beralih dari batu bara ke gas.
Adapun kenaikan harga saat ini terjadi karena melemahnya dolar, kenaikan harga minyak, berkurangnya pasokan dari Australia, Indonesia, dan dalam negeri Cina.‘’Sentimen di pasar batu bara lebih baik ketimbang beberapa tahun terakhir,’’ tulis lembaga keuangan Citi dalam laporannya pekan ini. Naiknya harga juga dipicu oleh gangguan produksi di Indonesia, akibat hujan lebat.
Setelah ada musibah di tambang batu bara Datong, salah satu produsen batu bara terbesar di Cina pada pertengahan Maret lalu, pejabat lokal memerintahkan penutupan tambang besar di Shanxi, provinsi penghasil terbesar ketiga batu bara termal.
Pada saat yang sama, pemerintah di Beijing memerintahkan produsen mengurangi jam kerjanya, dari 330 hari per tahun menjadi 276 hari. ‘’Kami perkirakan, peraturan ini akan ditegakkan dengan disiplin,’’ tulis Citi. Diperkirakan produksi Cina tahun ini berkurang 9%. Pengurangannya lebih besar dibanding turunnya konsumsi yang besarnya sekitar 3,4%.
Akibatnya, harga batu bara di pasar domestik meningkat, membuat impor batu bara lebih menarik. Data awal pekan ini menunjukkan, Cina mengimpor 19 juta ton batu bara, Mei lalu, naik 34% dibanding Mei tahun lalu.
‘’Laporan dari para pedagang menyebutkan, kapal-kapal mengalami keterlambatan dalam pemuatan batu 10 hari hingga 2 minggu, membuat para importir Cina beralih ke pasar spot,’’ kata analis dari Macquarie, Stefan Ljubisavljevic dalam tulisannya untuk para kliennya, pekan ini. Stok batu bara di pelabuhan Cina bagian utara saat ini 13 juta ton, terendah dalam lima tahun.
Meski demikian diperkirakan dalam jangka panjang harga batu bara tetap suram, karena besarnya dampak lingkungan yang diakibatkannya. Saat ini sedang terjadi transisi pemakaian bahan bakar, dari batu bara ke LNG. Bila produksi LNG bertambah, diperkirakan harga batu bara akan merosot. Apalagi, biasanya kenaikan harga batu bara akan disusul dengan ramai-ramainya para produsen meningkatkan produksi batu baranya, yang akan membuat kelebihan produksi