Beranda Korporasi Hangatnya Lebaran Terasa Di Site TIA

Hangatnya Lebaran Terasa Di Site TIA

Jakarta, TAMBANG – Tak pulang ke kampung halaman di saat lebaran adalah hal biasa bagi para pekerja tambang. Tak terkecuali mereka yang mengabdi di site PT Tunas Inti Abadi (TIA). Hangatnya suasana lebaran sangat terasa di perusahaan yang memiliki konsesi lahan seluas 3.085 hektare ini.

 

Saat lebaran, TIA tak beroperasi atau libur selama dua shift. Biasanya, tiap shift kurang lebih berdurasi 12 jam. Jadi, kalau liburnya dua shift, maka pekerja di TIA punya waktu merasakan hiruk-pikuk Idul Fitri selama 24 jam.

 

“Libur shift pertama saat malam takbiran, lalu shift kedua saat salat Idul Fitri. Nanti siangnya, sekitar jam 1 siang, kita sudah beroperasi lagi,” ungkap HRGA atau staf bidang personalia TIA, Eko Satya Pratama kepada tambang.co.id.

 

Karyawan anak usaha PT Reswara Minergi Hartama ini, memanfaatkan waktu libur untuk berkunjung ke rumah teman mereka yang terletak di perkampungan sekitar site. Munurut Eko, teman-teman di perkampungan sudah menganggap mereka sebagai saudara. Pun sebaliknya.

 

Persaudaraan itu tumbuh lantaran bertahun-tahun mereka bekerja bersama, banyak warga lokal yang mencari nafkah di site, jadi karyawan TIA.

 

Selain itu, program Corporate Social Responsibility (CSR) dari TIA sangat menyentuh masyarakat sekitar. Sebut saja soal CV Panca Bina Banua (PBB), sebuah perusahaan jasa pertambangan milik warga dari 5 desa di sekitar site yang dibina oleh TIA. Kini, PBB sudah mandiri dan mampu menopang perekonomian 5 desa tersebut. Dengan demikian, wajar kalau karyawan TIA memperoleh karpet merah dari masyarakat di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

 

“Kalau warga melihat kami berseragam TIA, mereka langsung menyapa dan memperlakukan kami seperti saudara. Saat lebaran, kami pun disambut hangat ketika berkunjung ke rumah mereka,” ungkap Bagian Keuangan TIA, Dian Novita.

 

Saat kumandang takbir lebaran memanggil, dan matahari mulai menyingsing, pertanda salat Idul Fitri akan dimulai, ramai-ramai karyawan TIA berjalan ke masjid di perkampungan. Mereka shalat di sana bukan lantaran di site TIA tak ada masjidnya. Mereka sengaja shalat di sana supaya berjumpa banyak orang. Bagi mereka, suasana seperti itu akan sedikit meredam rasa rindu salat Id bersama keluarga di kampung halaman.

 

Selepas salat Id, barulah mereka berkunjung ke rumah teman-teman mereka yang berada di perkampungan. Tak lain dan tak bukan, kunjungan ini juga dianggap sebagai pengganti atas kunjungan ke sanak keluarga kala merayakan Idul Fitri di kampung halaman.

 

Tak hanya itu, menu makanan yang tersaji di kantin juga disulap, dirubah dari biasanya, dibuat mirip menu lebaran di rumah. Ada opor, ketupat, jajanan pasar, dan pernak-pernik lainnya.

 

Uniknya lagi, Ada kebiasaan lucu di kalangan karyawan sendiri yang sering dilakukan saat bermaaf-maafan, yaitu karyawan yang paling tua disuruh duduk di kursi, diletakkan di tengah ruangan, lalu teman-teman yang lainnya sungkem kepadanya. Dia diperlakukan seperti orang tua sungguhan di rumah. Dengan demikian, diharapkan rasa rindu ingin mengecup tangan orang tua di rumah bisa terobati.

 

Singkat cerita, durasi 24 jam libur operasi itu benar-benar dimanfaatkan untuk berjabat tangan, silaturahmi, makan enak, dan segala ritual-ritual hari raya yang mengharukan. Kentalnya persaudaraan jadi bumbu utama lebaran di site terasa hangat seperti di kampung halaman.