Jakarta, TAMBANG – Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) merayakan hari ulang tahunnya yang ke-30. Dalam salah satu rangkaian acaranya, organisasi profesi para pakar dan praktisi tambang ini, menggelar sarasehan membahas tentang urgensi pengembangan sumber daya manusia.
Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin hadir sebagai narasumber dalam pertemuan tersebut. Ia menjelaskan soal peta jalan bidang research and development (R&D) yang ia canangkan semasa memimpin holding BUMN tambang, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum).
Ia punya cita-cita membangun pusat pendidikan tambang bawah tanah di Papua yaitu Papua School of Mine. Langkah awal untuk merealisasikannya, ia tempuh dengan berkeliling ke kampus-kampus pertambangan terkenal dunia guna mencari peluang kerjasama.
“Misalnya, kalau di Amerika ada Colorado School of Mine, di Australia ada Curtin University, kalau di China ada Central South University. Ya sudah kita datangin dan kerjasama,” bebernya saat menghadiri sarasehan Perhapi secara virtual, Sabtu (14/11).
Akses ke kampus-kampus terkenal itu, sambung Budi, bisa diberikan kepada delegasi dari kampus-kampus besar di daerah penghasil tambang yang memiliki jurusan teknik.
Seperti Universitas Halu Oleo di Sulawesi yang dekat dengan konsesi PT Antam, lalu Universitas Sriwijaya yang dekat dengan PT Bukit Asam, dan Universitas Cendrawasih yang dekat dengan PT Freeport Indonesia. Delegasi Indonesia tersebut nantinya kembali pulang untuk mengelola dan mengajar di Papua Shcool of Mine.
Menurutnya, dengan ekslusifitas karakter tambang bawah tanah yang ada di Freeport, Papua School of Mine dinilai akan menjadi sentra laboratorium underground nomor wahid di dunia.
“Coba bikinin Papua School of Mine. Laboratorium tambang bawah tanah terbesar di dunia harusnya di indonesia dong, khususnya di Papua, karena tambang underground terbesar di kita,” jelas Budi.
Melihat potensi ini, Papua School dinilai akan diminati oleh pelajar-pelajar dari negara-negara lain yang memiliki aktifitas dan potensi pertambangan bawah tanah.
“Yang datang bukan cuma dari Indonesia, tapi juga misalnya dari Peru, Chile, Australia, dan Afrika, dididik oleh orang Indonesia hebat, yang bukan hanya punya pengetahuan tapi juga pengalaman di tambang Freeport dengan karakter kompleks, 3000 meter di bawah permukaan,” ulas Budi.
Dalam rangka menyukseskan cita-cita ini, Inalum di bawah pimpinan Budi, secara resmi telah membentuk lembaga riset dan inovasi bernama Mining and Minerals Industry Institute (MMII) pada awal tahun 2019. MMII telah memulai perencanaan dengan mempertimbangan untuk mengembangkan Yayasan Nemangkawi Mining Institute yang sudah beroperasi sebelumnya, sebagai basis pendirian Papua School of Mine.
“Ini follow up item dari aku, semoga masih dilanjutkan,” tandasnya.
Lebih lanjut, Budi berharap agar Perhapi turut membantu merealisasikan cita-cita tersebut. Sebab, ia menilai Perhapi merupakan organisasi yang memiliki anggota dengan sumber daya manusia yang kompeten dan berpengalaman.
“Ini mudah-mudahan bisa diteruskan oleh teman-teman di pertambangan. Saya senang sekali masih diundang Perhapi. Meskipun persentuhan saya di tambang cuma sebentar, 2 tahun, tapi kesempatan yang luar biasa.” pungkasnya.