Beranda Tambang Today Gunung Slamet Tetap Punya Potensi Besar Panas Bumi

Gunung Slamet Tetap Punya Potensi Besar Panas Bumi

Pengeboran Sumur H PLTPB Gunung Slamet yang dikembangkan PT Sejahtera Alam Energy (SAE)

Jakarta, TAMBANG – Pengeboran energi panas bumi yang belum mendapatkan uap panas di satu titik sumur (wellpad), menjadi hal wajar dalam dunia pengeboran panas bumi (geothermal).

 

Direktur Panas Bumi, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari, mengatakan, karena itu izin eksplorasi wilayah Panas Bumi memang cukup luas.

 

“Ya namanya panas bumi, eksplorasi memang peluangnya 50:50. Artinya dari sisi studi ada tapi di bor tidak ada, itu biasa terjadi 50:50. Karenanya, area eksplorasi wilayah panas bumi memang cukup luas karena untuk mendapatkan panas bumi di Sumur yang tepat,” kata Ida Nuryatin Finahari, kepada tambang.co.id, Kamis (30/8).

 

Apa yang dialami PT Sejahtera Alam Energy (SAE) sebagai pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Gunung Slamet, belum menemukan uap panas bumi di sumur H, sudah biasa terjadi di dunia pengeboran panas bumi. Hal yang sama juga dialami pengembang lain, saat  eksplorasi di wilayah kerja panas bumi lainnya di Indonesia.

 

Sehingga menurutnya, tidak bisa disimpulkan ketika PT SAE belum mendapatkan uap panas bumi di sumur H, kemudian dianggap tidak ada potensi panas bumi di Gunung Slamet.

 

Gak lah di pengembang lainnya banyak juga terjadi seperti itu, ngebor sini gak dapat ngebor sana gak dapat. Makanya izin wilayah panas bumi memang luas, karena nanti akan didapatkan potensi di sekitar (sumur) sini sekian, sana sekian. Tapi mana yang menghasilkan uap yang layak,” tutur Ida.

 

PT SAE menurut Ida, terus memberikan laporan perkembangan kegiatan eksplorasinya termasuk rencana pengeboran lanjutan di sumur F. Pengeboran di Gunung Slamet ini menurutnya, dalam rencana akan menghasilkan energi listrik 220 mega watt (mw). Namun menurutnya, setelah eksploitasi nanti akan diketahui dari hasil feasibility study (FS) dan rencana pengembangan, berapa daya listrik yang akan dihasilkan.

 

“Bisa lebih, bisa kurang dari hasil FS sebelumnya. Nanti kita lihat juga PPA (Power Purchase Agreement) dan biasanya akan perbaikan PPA dengan melihat hasil yang didapatkan disana,” pungkas Ida.