Beranda Batubara Greenpeace Desak DBS Hentikan Pendanaan Batu Bara

Greenpeace Desak DBS Hentikan Pendanaan Batu Bara

ilustrasi (foto: Market forces)

Jakarta, TAMBANG – Koalisi organisasi lingkungan internasional meminta bank-bank besar Singapura, khususnya DBS, mengakhiri pembiayaan untuk pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang sangat berpolusi di Asia Tenggara.

 

Koalisi yang terdiri dari Greenpeace, Walhi, Friends of the Earth, Change (Vietnam), Market Forces, BankTrack dan GREEN, mengecam tindakan DBS karena diam-diam pada 26 Januari lalu, mengeluarkan kebijakan iklim baru ya g gagal menyingkirkan pembangkit listrik batu bara ‘unlucky 7’. Pembiayaan tersebut dikabarkan untuk Indonesia dan Vietnam.

 

Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara – Indonesia,
Hindun Mulaika, mengatakan, DBS telah mendanai beberapa kesepakatan energi paling kotor dan paling kontroversial di Indonesia, seperti pembangkit Paiton 3 dan Jawa Tengah (Batang), dan sedang melihat potensi transaksi yang lebih kotor di masa depan.

 

Pembangkit yang masuk kategori ‘unlucky 7’ dan akan dibiayai DBS, tiga diantaranya berada di Indonesia, yaitu, pembangkit Jawa 6 dengan kapasitas 2000 megawatt (MW), yang terletak di Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, yang disponsori oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) .

 

Kemudian Jawa 9 dengan kapasitas 1000 MW,  yang disponsori Indonesia PowerPoint dengan saham 51 persen dan Barito Pacific dengan saham 59 persen.

 

Serta pembangkit Jawa 10 dengan kapasitas 1000 MW, yang akan dibangun di Banten, juga yang sahamnya dimiliki oleh Indonesia Power dan Barito Pacific.

 

“Ini adalah bencana bagi iklim dan polusi, juga bagi reputasi DBS. Agar DBS dapat hidup sesuai dengan retorikanya sebagai bank yang berkomitmen pada masa depan yang sehat di wilayah kita, maka mereka harus menghentikan pendanaan batu baranya dan beralih pada investasi di energi bersih, ” kata Hindun, dalam keterangan resminya, Jumat (9/2).

 

Hal senada dikatakan Direktur Eksekutif CHANGE Vietnam, Hong Hoang. Menurutnya,  tujuh pembangkit listrik tenaga batu bara yang diusulkan,  akan menghasilkan 1,5 miliar ton CO2 selama masa operasionalnya, setara dengan 30 tahun emisi tahunan Singapura.

 

DBS menurutnya, berpikir bahwa orang Eropa pantas mendapatkan udara dan energi yang bersih, sementara orang-orang di Vietnam dan Indonesia mendapatkan teknologi bahan bakar fosil yang ketinggalan zaman dan polusi.

 

“Standar ganda ini merupakan penghinaan bagi kita yang menginginkan kesempatan untuk berkembang dengan bersih,  dan memotong blunder energi kotor dunia Barat,” kata Hoang.

 

Vietnam sendiri dijelaskan Hoang, memiliki beberapa potensi terbesar di planet ini untuk energi terbarukan.

 

“Inilah masa depan kita, bukan energi pencemaran yang tua, yang ditolak oleh belahan dunia lainnya,” pungkasnya.