TAMBANG, JAKARTA. PERUSAHAAN perdagangan komoditi Glencore, mengumumkan kinerja semester pertama di sektor logam, mineral, produk energi, dan pertanian, kemarin. Glencore juga melaporkan situasi keuangannya.
Glencore melaporkan, harga batu bara di pasar internasional cenderung naik. Februari lalu harganya masih relatif rendah. Kenaikan ini dipicu oleh berkurangnya volume ekspor dari Amerika Serikat dan Indonesia, akibat berkurangnya investasi. Pasokan dari Rusia cenderung stabil.
Berkurangnya pasokan di pasar internasional juga didorong oleh kebijakan Pemerintah Cina yang mengurangi jam kerja buruh tambang menjadi 276 hari kerja setahun, sejak 1 Mei lalu, dari sebelumnya bekerja setahun penuh, hanya libur pada hari raya Imlek. Berkurangnya hari kerja mengurangi volume produksi batu bara sebanyak 16%. Hingga akhir Juni, pasokan yang berkurang membuat indeks Newcastle naik 17% dibanding kuartal pertama 2016. Harga diperkirakan akan terus naik pada kuartal tiga.
Permintaan batu bara termal di Inggris dan India diperkirakan akan turun, sebaliknya permintaan dari Cina, Vietnam, Filipina, Turki, dan negara-negara Afrika meningkat. Sehingga secara keseluruhan, volume batu bara di pasar internasional cenderung stabil. Permintaan terhadap batu bara termal kelas premium diperkirakan tetap kuat.
Pendapatan Glencore dari pasar energi, artinya batu bara dan minyak, mencapai $3,363 miliar, turun 26% dibanding semester pertama tahun lalu. Ini terjadi karena harga dan volumen batu bara serta minyak yang masih rendah.
Glencore juga melaporkan, total produksi batu baranya mencapai 58,8 juta ton, pada semester pertama tahun ini, turun 9,9 juta ton ketimbang semester pertama tahun lalu. Berkurangnya produksi sebagian disebabkan oleh ditutupnya sebagian tambang batu bara Optimum, Afrika Selatan.
Produksi batu bara Australia untuk keperluan metalurgi mencapai 2 juta ton pada semester pertama tahun ini, turun 0,7 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu.