Jakarta, TAMBANG – Pemerintah terus mendorong pelaku usaha pertambangan untuk melakukan hilirisasi, salah satunya dengan mempermudah pembangunan smelter.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba, Kementerian ESDM, Ediar Usman menyampaikan ada tiga upaya yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat pembangunan fasilitas pemurnian mineral tersebut.
Pertama, melakukan pertemuan dengan
para pembangun smelter untuk inventarisasi kendala, one on one meeting antara perusahaan smelter dan PLN dan melakukan penyusunan info memo perusahaan smelter untuk ditawarkan kepada para calon investor dan calon pendana.
“UU nomor 3 tahun 2020 itu sudah dengan jelas sekali menggaris bawahi tentang kewajiban kita untuk melakukan peningkatan nilai tambah, kata Ediar dalam Mining and Finance Forum di Jakarta, Rabu (8/3).
Upaya kedua, lanjut dia, pemerintah melakukan market sounding untuk mencari investor. Kemudian berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian dengan mengusulkan smelter menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). “Sehingga kendala dari sisi administrasi dapat lebih cepat terselesaikan,” imbuhnya.
Ketiga, melakukan penjajakan ke berbagai negara seperti Australia, Amerika dan Inggris. “Tahun 2022 telah dilakukan market sounding ke Amerika Serikat, Australia, Inggris. Memfasilitasi kebutuhan listrik smelter dengan pihak Ditjen Gatrik dan PT PLN,” ujarnya.
Dalam pembangunan smelter, Ediar memastikan tiap perusahaan berkomitmen untuk menjalankan enviromental social and governance yang baik serta tetap menjaga keasrian lingkungan.
“Kita ingin membangun sebuah komunitas pertambangan yang lebih baik dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan. Jadi kita akan meninggalkan apa yang kita lakukan saat ini untuk generasi yang akan datang,” pungkasnya.
Menurut dia, saat ini Indonesia memiliki 17 smelter terintegrasi, 5 di antaranya sudah berjalan. Kelima smelter tersebut yaitu smelter nikel PT Antam, smelter nikel PT Vale Indonesia, smelter nikel PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, smelter nikel PT Wanatiara Persada dan smelter nikel PT Weda Bay Nickel.
Sementara smelter terintegrasi yang masih proses pembangunan yaitu smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia, smelter bijih besi PT Sebuku Iron Lateritic Ores, smelter pasir besi PT Karunia Mitra Abadi, smelter nikel PT Antam P3FH dan smelter nikel PT Ang and Fang Brother.
Kemudian ada 7 smelter bauksit yang masih tahap pembangunan yaitu PT Dinamika Sejahtera Mandiri, PT Laman Mining, PT Kalbar Bumi Perkasa, PT Paranggean Makmur Sejahtera, PT Persada Pratama Cemerlang, PT Quality Sukses Sejahtera dan PT Sumber Bumi Marau.
Di samping itu, smelter nikel milik PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) juga sedang dibangun di Blok Lapao-Pao, Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Dengan mengusung teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), CNI berencana membangun smelter berskala besar dengan 4 jalur produksi untuk menghasilkan feronikel.
CNI juga akan membangun 2 jalur produksi pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP) yang digunakan sebagai bahan dasar precursor baterai listrik.
CNI salah satu perusahaan tambang swasta yang mendapat status Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Obyek Vital Nasional dari Kementerian ESDM.