Luwu Timur, TAMBANG – Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM), PT Vale Indonesia (Vale) menggandeng petani lingkar tambang untuk membudidayakan padi organik dengan teknik pengolahan yang ramah lingkungan.
“Kami di sini mengembangkan padi organik yang dulunya konvensional. Setelah tahu bagaimana organik dan keuntungannya, kami merubah pola ke padi organik,” kata Ketua Kelompok Karunsie Urako Lestari Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasuponda, Alfrida Podandi, Sabtu (17/12).
Alfrida bersama 16 petani lain menggarap sawah sekitar 2 hektar dengan bibit yang ditanam berupa Mentik Susu. Dari satu hektar, padi organik yang dipanen bisa mencapai 6,7-7,3 ton, melebihi padi non organik yang hanya mencapai 5,3 ton.
Besarnya angka ini lantaran dari satu biji menghasilkan 60-100 butir dengan waktu persemaian selama satu minggu.
“Padi organik itu dari satu biji, anakannya bisa jadi 60- 100 butir. Dari satu biji padi persemaiannya itu 7 hari,” ujarnya.
Dia kemudian menyampaikan bahwa tiap tahun sawahnya bisa 2-3 kali panen. Adapun harga jual dari beras organik ini mencapai Rp 17 ribu per kilo.
“Pemasaran ke Sorowako, dinas-dinas, puskemas, yang sudah paham dengan organik. Lewat media sosial, Instagram, Wa dan Facebook,” paparnya.
Warga desa adat Karunsie ini menerangkan, keberhasilan tidak lepas dari peran Aliksa Organic Sri Consultant (AOSC), konsultan yang dipercaya Vale untuk budidaya pertanian dengan basis Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB).
“Aliksa itu binaan dari PT Vale. Aliksa memberikan pelatihan cara pola hidup sehat mulai dari pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) dari kompos, cara perawatannya,” bebernya.
Fasilitator AOSC Site Sorowako, Koko Komamin menyebut bahwa pihaknya sudah bekerja sama dengan PT Vale sejak tahun 2015. Hingga saat ini, program penanaman padi organik Vale yang digarap AOSC mencapai 53 hektar yang tersebar di 4 kecamatan.
“Semuanya ada 53 hektar di 4 kecamatan pemberdayaan. Malele, Wasuponda, Mangkutana dan Towuti. Jenis padinya ada yang merah ada yang mentik susu, dibawa dari Jawa,” paparnya.
Koko juga mendampingi petani binaannya untuk membuat pupuk kompos dan mengolah tanaman lain seperti sayuran dan tanaman herbal.
“Kami bukan memberikan pelatihan, tapi komposnya, dan kami mengenalkan herbal nya, yang tadinya hanya padi, tapi sayurannya masih beli, sekalian saja dengan apotek hidup,” ujar dia.
Pria asal Garut ini juga menerapkan pembasmi hama ramah lingkungan dengan menggunakan abu dapur dan bau-bauan alami.
“Dengan abu dapur, pendekatan dengan bau-bauan saja supaya sang tikus tidak mendekat. Ketika ada ulat, kita lakukan dengan pengamatan intens,” jelasnya.
Selain menghadirkan tim binaan, kontribusi Vale dalam memajukan masyarakat lingkar tambang di bidang pertanian ini antara lain penataan lahan, pembibitan, pengomposan, pengadaan alat penyiangan, traktor dan pembangunan insfratruktur pendukung seperti WC, gazebo dan lain-lain.
Sebelumnya, CEO Vale, Febriany Eddy berkesempatan mengenalkan beras dan produk UMKM kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto secara langsung, Jumat (2/12).
Baik Jokowi maupun Airlangga, keduanya mengapresiasi langkah yang dilakukan perusahaan tambang nikel terintegrasi ini sebagai jalan alternatif untuk meningkatkan ketahanan pangan.
“Menjadi kehormatan bagi saya berkesempatan memperkenalkan produk UMKM dan beras organik binaan PT Vale Indonesia ke Bapak Presiden Jokowi dan menteri koordinator bidang perekonomian, Airlangga Hartarto,” ujar Febriany.