Jakarta, TAMBANG – Freeport McMoRan Inc berharap teknologi pelindian atau leaching yang baru untuk mengekstraksi kandungan tembaga pada sisa hasil produksi (waste rock), dapat berkembang secara massif di berbagai belahan dunia. Meskipun kandungan tembaga pada sisa produksi itu tergolong rendah, namun jika diakumulasi secara global pada seluruh site yang ada, maka jumlah volumenya dinilai signifikan.
Menurut President of Freeport-McMoRan, Kathleen Quirk, inisitif tersebut digulirkan lantaran melihat tren kenaikan harga sekaligus lonjakan permintaan tembaga di dunia. Harga tembaga melejit hampir dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.
Tren tersebut utamanya dipicu pertumbuhan industri kendaraan listrik. Sehingga, para penambang dunia berupaya menemukan cara yang lebih cepat untuk memproduksi logam.
“Saya percaya bahwa orang-orang industri akan bekerja keras mengambil (leaching) ini. (Sebab) jumlah kandungan tembaganya sangat signifikan” ungkap Quirk di Bank of America Global Metals, Mining & Steel Conference, dikutip Rabu (18/5).
Dalam penambangan konvensional, proses leaching biasanya menggunakan asam yang diaplikasikan pada bijih untuk mengekstrak tembaga, emas atau logam lainnya. Batuan yang tersisa dari proses tersebut, disimpan di lokasi khusus sebagai sisa hasil produksi.
Saat ini, para penambang global menemukan cara baru untuk mengekstrak lebih banyak tembaga dari batuan sisa tersebut, yakni melalui proses pelindian sekunder dengan menggunakan bakteri atau bahan kimia tertentu.
Lewat penggunaan bakteri tersebut, pelindian dapat dimungkinkan menghasilkan tembaga pada konsentrasi 0,5% atau lebih rendah dengan cara yang ekonomis. Sebagai pembanding pada proses konvensional, umumnya kadar konsentrasi tersebut mencapai sekitar 0,6% hingga 1% atau lebih.
“Ini setara dengan membangun tambang baru tanpa harus mengeluarkan semua biaya modal,” tegas Quirk.