Jakarta,TAMBANG, Freeport McMoRan. Inc mencatat laba bersih kuartal II yang dapat diatribusikan ke saham biasa sebesar USD1,08 miliar atau setara dengan USD 0,73 per saham. Dan laba bersih yang disesuaikan untuk saham biasa sebesar USD1,14 miliar, setara dengan USD0,77 per saham.
Presiden dan CEO Freeport McMoRan Inc. Richard C. Adkerson menjelaskan tim global kami terus menjalankan rencana operasi dengan aman, efisien, dan bertanggung jawab. Memberikan arus kas yang kuat dan landasan yang kokoh untuk profitabilitas dan pertumbuhan di masa depan. Selama paruh pertama tahun 2021, kami mengurangi utang bersih sebesar USD2,7 miliar dan mencapai tingkat utang bersih yang ditargetkan.
“Ini memposisikan kami untuk meningkatkan pengembalian uang tunai kepada pemegang saham dan pertumbuhan investasi di masa depan sesuai dengan kebijakan keuangan kami. Sebagai produsen tembaga terkemuka yang bertanggung jawab, kami optimis dengan prospek bisnis kami dan peran kami dalam mendukung pertumbuhan ekonomi global dan transisi ke energi bersih. Kami tetap fokus membangun nilai untuk semua pemangku kepentingan melalui manajemen yang solid dari portofolio aset tembaga kami yang berumur panjang dan berkualitas tinggi,”tandas Adkersen.
Di kuartal II tahun ini, penjualan konsolidasi perusahaan meliputi 929 juta pon tembaga, 305 ribu ons emas, dan 22 juta pon molibdenum. Kinerja ini akan membantu perusahaan mencapai target penjualan konsolidasi sepanjang 2021 yang ditargetkan sebesar 3,85 miliar pon tembaga, 1,3 juta ons emas dan 86 juta pon molybdenum. Termasuk 1,035 miliar pon tembaga, 360 ribu ons emas, dan 21 juta pon molibdenum yang ditargetkan pada kuartal ketiga 2021.
Di kuartal II tahun ini, Perusahaan mengelontorkan modal sebesar USD 0,4 miliar termasuk sekitar USD 0,3 miliar untuk proyek-proyek besar. Sehingga sampai paruh pertama tahun ini perusahaan telah mengeluarkan modal sebesar USD 0,8 miliar termasuk sekitar USD 0,6 miliar untuk proyek besar.
Belanja modal untuk tahun 2021, tidak termasuk belanja smelter Indonesia diperkirakan sekitar USD 2,2 miliar,termasuk $1,4 miliar untuk proyek-proyek besar yang terutama terkait dengan kegiatan pengembangan tambang bawah tanah di Grasberg di Indonesia.