Beranda Batubara Filipina Bersiap Cari Batu Bara Selain dari Indonesia

Filipina Bersiap Cari Batu Bara Selain dari Indonesia

ilustrasi

JAKARTA, TAMBANG. PARA konsumen batu bara di Filipina tak takut bila ternyata Indonesia menghentikan ekspor batu baranya ke Filipina, meski hanya untuk sementara waktu. Mereka akan mencari sumber lain, di antaranya Australia, Afrika Selatan, Rusia, yang selama ini juga sudah memasok batu bara ke Filipina.

 

 

Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menghentikan sementara pasokan batu bara ke Filipina diambil setelah 14 awak kapal tongkang Indonesia, yang membawa batu bara ke Filipina, dibajak di perairan sebelah selatan Filipina oleh kelompok militan bersenjata Abu Sayyaf.

 

 

Dua kapal berbendera Indonesia yang dibajak itu adalah kapal tunda Brahma 12 dan Anand, yang mengangkut batu bara. Masing-masing kapal diawaki 10 orang. Seluruh awak kapal Brahma disandera, adapun awak kapal Anand, dari 10 orang berhasil lolos 6 orang. Sisanya ditahan perompak. Hingga kini pembebasan mereka masih diupayakan.

 

Kelompok militas Abu Sayyaf menuntut uang tebusan 50 million pesos (US$1,1 juta, atau sekitar Rp 14 miliar) sebagai ganti rugi pembebasan awak yang disandera.

 

“Kami tidak ingin melihat perairan tetangga seperti Somalia batu,” kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Pandjaitan. Ia merujuk pada pembajakan kapal oleh pemberontak di perairan Somalia, yang merompak kapal minyak, container, hingga pengangkut nikel.

 

Enam tahun lalu, Kapal Premoni yang mengangkut bahan kimia, dibajak oleh perompak Somalia, di Teluk Aden. Premoni merupakan kapal berbendera Singapura, tetapi milik Indonesia. Kapal tanker minyak Pertamina juga pernah dibajak, pada 2011. Kapal pengangkut nikel MV Sinar Kudus, juga dibajak 50 perompak Somalia, pada 2011.

 

Atas suasana yang memprihatinkan itu, Pelabuhan Banjarmasin di Kalimantan Selatan, dan Pelabuhan Tarakan, di Kalimantan Utara, melarang untuk sementara waktu pengangkutan batu bara ke Filipina, sampai suasana terkendali.

 

Indonesia mengekspor sekitar 15 juta ton batu bara ke Filipina, tahun lalu, atau sekitar 70% impor negara itu. Nilainya sekitar US$ 800 juta.

 

Salah satu importirnya adalah Aboitiz Power Corp. Kata Luis Miguel Aboitiz, Kepala Operasi Aboitiz, ‘’Kami bisa mendapatkan batu bara dari Australia, atau Afrika Selatan, bila Indonesia menghentikan ekspornya ke Filipina. Tentu saja, impor dari Australia dan Afrika Selatan biayanya lebih tinggi.’’