Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa sumberdaya Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth yang dimiliki Indonesia terletak di 8 lokasi. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Ridwan Djamaluddin saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Senin (11/4).
“Kita baru mendapat indikasi logam tanah jarang di 7 lokasi. Yang kita tahu keterdapatnnya di 9 lokasi dan sudah terpetakan sebagai sumberdaya baru 8 lokasi,” ungkap Ridwan, dikutip Selasa (12/4).
Menurut Ridwan, delapan titik sumberdaya tersebut tersebar di empat provinsi yakni di Provinsi Sumatera Utara sebesar 19.917 ton, Kalimantan Barat 219 ton, Sulawesi Tengah sebesar 443 ton dan Bangka Belitung berupa monasit 186.663 ton serta senotim mencapai 20.734 ton.
“Yang paling besar keterdapatannya ada di Provinsi Bangka Belitung. Adapun dari Provinsi Bangka Belitung, fokus kita saat ini di Bangka Selatan di kabupaten belitung,” imbuhnya.
Kedelapan lokasi ini kata Ridwan baru pada tahap eksplorasi awal yang meliputi pemetaan, georadar dan geomagnet, sumur/parit uji dan pengeboran.
“Dalam hal eksplorasi logam tanah jarang, memang kita belum cukup maju. 8 lokasi ini pun baru dilakukan eksplorasi awal sehingga secara umum kita masih sangat terbatas,” ungkapnya.
Ridwan kemudian menyampaikan bahwa pada tahun ini, eksplorasi awal juga akan dilakukan di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Konawe. Sementara di Bangka dan Belitung akan dilaksanakan proses eksplorasi detail yang meliputi pengeboran lebih rapat dan uji ekstraksi.
Kata Ridwan, perusahaan yang terlibat dalam proses eksplorasi tanah jarang terdiri dari perusahaan negeri dan swasta seperti PT Timah, PT Mitra Stania Prima, PT Stanindo Inti Perkasa dan CV Ayi Jaya. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh pemanfaatan dari logam tanah jarang.
“Ini adalah upaya yang sudah dilakukan tidak hanya oleh pemerintah, tapi di sini juga saya ingin laporkan bahwa perusahaan swasta sudah cukup terlibat,” jelasnya.
Senada dengan Ridwan, Direktur Jenderal Ilmate Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier menyebut bahwa proses eksplorasi logam tanah jarang domestik masih terbatas. Padahal, kata dia, LTJ sangat penting untuk masa depan negeri karena berhubungan dengan bahan baku teknologi dan peralatan pertahanan.
“Cuman masalah pengekstrasiannya ini perlu satu knowledge yang tinggi dan juga kemampuan teknologi di dalam prosesnya,” ungkapnya yang juga hadir di RDP.
Logam tanah jarang sendiri saat ini menjadi komoditas industri strategis yang dibutuhkan untuk kilang minyak, super konduktor dan lain-lain. Selain itu, LTJ juga sangat penting untuk kendaraan listrik dan peralatan militer.
“Logam tanah jarang ini memang sangat krusial dan sangat penting sekali untuk masa depan karena ini high tech, teknologi,” ungkapnya.