Jakarta-TAMBANG. Investasi di pengembangan energi baru dan terbarukan terus tumbuh. Kali ini salah satu pemain utama di Industri energi global, ENGIE Group menandatangani tiga perjanjian kemitraan di sektor jaringan mikro dan proyek energi terbarukan.
Kerja sama yang dibangun meliputi kegiatan mendanai, membangun, mengoperasikan dan mengelola bersama dengan total nilai investasi sebesar US$1,25 miliar dalam lima tahun ke depan.
Penandatanganan kerjasama ini dilaksanakan bersamaan dengan kunjungan Presiden Hollande ke Asia Tenggara meliputi Indonesia, Singapura dan Malaysia mulai dari 26 sampai 29 Maret 2017.
“Tiga perjanjian kemitraan hari ini menegaskan kembali komitmen kami kepada Indonesia guna mendukung penyediaan akses terhadap energi bagi seluruh pihak. Proyek-proyek tersebut akan menjadi langkah signifikan bagi Indonesia guna mencapai target untuk mengurangi ketergantungan negara pada sumber energi yang berasal dari fosil, dan menyediakan listrik bagi 97% penduduknya pada tahun 2019,”kata Didier Holleaux, Wakil Presiden Eksekutif ENGIE Group.
Didier pun menjelaskan bahwa strategi yang mereka lakukan dengan bekerja melalui kemitraan ekosistem guna mengembangkan dan menelaah energi terbarukan dan memberikan solusi teknologi rendah karbon yang inovatif untuk mengatasi tantangan energi yang khas dari negara ini.
Salah satu dari ketiga kerjasama tersebut adalah dengan Sugar Group Companies yang akan mengembangkan berbagai proyek energi terbarukan. Total investasi dari kerjasama ini US$1 miliar selama lima tahun ke depan. Kerjasama ini akan meliputi kegiatan mengembangkan pembangkit listrik fotovoltaik dan pembangkit listrik biomassa, dengan total kapasitas pembangkit listrik sebesar 500 megawatt di wilayah Sumatera dan Indonesia bagian timur.
Proyek ini diyakini bakal memberikan kontribusi yang besar bagi pelaksanaan program nasional untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan perubahan iklim, dengan perkiraan penghindaran karbon sebanyak 1,5 juta ton CO2e per tahun.
Taman panel surya di Sumatra dan Indonesia Timur akan memiliki total kapasitas pembangkit listrik sebesar 300 megawatt, termasuk didalamnya sebuah taman panel surya berkapasitas 140 megawatt di Provinsi Lampung yang menjadikannya sebagai salah satu fasilitas tenaga surya terbesar di Asia Tenggara.
Sementara pembangkit listrik biomassa dengan total kapasitas pembangkit listrik sebesar 200 megawatt akan memanfaatkan limbah pertanian serta bahan dari pembukaan lahan. Dengan demikian proyek ini akan memungkinkan Indonesia untuk mencapai target energi terbarukannya dan mengurangi polusi dari kegiatan pembukaan lahan.
Sementara kerja sama antara ENGIE dan Electric Vine Industries meliputi pengembangan jaringan mikro. Di sini ENGIE dan Electric Vine Industries berencana bermitra mengembangkan, membiayai, membangun, mengoperasikan serta memelihara jaringan mikro fotovoltaik cerdas yang menyediakan listrik 24 jam penuh bagi 3.000 desa di Provinsi Papua selama 20 tahun.
Dengan proyek baru ini, sekitar 2,5 juta orang di seluruh Papua akan dapat menikmati energi yang bersih dan dapat diandalkan tanpa gangguan. Total investasi diperkirakan sebesar US$240 juta untuk jangka lima tahun kedepan.
Perjanjian ketiga antara ENGIE dan PT Arya Watala Capital untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya. ENGIE bersama PT Arya Watala Capital berkomitmen untuk menginvestasikan US$15 juta selama tiga tahun ke depan guna mengembangkan total kapasitas pembangkit listrik hingga 10 megawatt peak (MWp) di Nusa Tenggara Timur.
Proyek ini akan terletak di sepuluh daerah yang berbeda di pulau-pulau besar di provinsi tersebut seperti Timor Barat, Flores dan Sumba.
Seluruh perjanjian ini juga sejalan dengan semangat dari Terrawatt Initiative, sebuah organisasi nirlaba yang diluncurkan oleh ENGIE pada COP21. Tujuan untuk mempromosikan energi surya yang terjangkau dan menambah kapasitas produksi listrik tenaga surya fotovoltaik hingga lebih dari 1 terawatt antara tahun 2016 dan 2030.
ENGIE Indonesia berkomitmen untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan kepada salah satu ekonomi yang tumbuh paling cepat di dunia. Kontribusi ini dilakukan melalui peningkatan pasokan energi dengan gas alam dan pembangkit lisrik terbarukan (panas bumi, tenaga surya, biogas), serta meningkatkan efisiensi energi dan memberikan solusi terhadap tantangan urbanisasi yang cepat.
ENGIE mulai kegiatan di Indonesia melalui pembangkit listrik panas bumi dengan suhu tinggi pertama di dunia yakni di Muara Laboh, yang juga merupakan proyek energi terbarukan pertama bagi ENGIE di Indonesia.
Untuk diketahui ENGIE telah mengembangkan bisnisnya di sektor listrik, gas alam, layanan energi dengan model yang didasarkan pada pertumbuhan yang bertanggung jawab untuk menghadapi tantangan besar transisi energi ke ekonomi rendah karbon. Ini meliputi akses ke energi terbarukan, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim serta penggunaan sumber daya yang rasional.
Grup memberikan solusi yang sangat efisien dan inovatif bagi individu, kota dan bisnis berdasarkan keahliannya dalam empat sektor kunci energi terbarukan, efisiensi energi, gas alam cair dan teknologi digital.
Saat ini ENGIE mempekerjakan 153.090 orang di seluruh dunia dan meraih pendapatan sebesar €66.6 miliar pada tahun 2016 dan terdaftar di bursa saham Paris dan Brussels (ENGI).