Jakarta-TAMBANG. Perusahaan energi nasional, PT Pertamina (Persero) ingin terus menggenjot pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik panas bumi menjadi 1.026 MW hingga 2019 mendatang dengan total investasi sekitar US$2,5 miliar.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pada saat peresmian PLTP Kamojang Unit 5 yang berkapasitas 1 x 35 MW, Minggu (6/7) kemarin. Peresmian proyek tersebut dilakukan oleh Presiden RI didampingi oleh jajaran menteri Kabinet Kerja.
PLTP Kamojang Unit 5 telah beroperasi secara komersial dengan mengalirkan listrik kepada PT PLN (Persero) pada 29 Juni 2015 pukul 00.00 WIB.Proyek ini menjadi salah satu milestone penting Pertamina untuk masuk ke era bisnis total project panas bumi.
Dwi mengungkapkan Pertamina telah menempatkan pengembangan panas bumi dalam salah satu prioritas strategis, dan perusahaan telah memiliki cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019.
Kendati begitu banyak hambatan yang harus dihadapi, tuturnya, Pertamina menegaskan posisi kepemimpinannya dengan terus melakukan merealisasikan proyek-proyek panas bumi di Tanah Air.
“Mengembangkan panas bumi memang tidak mudah dan terbukti kendati Indonesia memiliki potensi terbesar di dunia dengan 28.000 MW, baru kisaran 5% yang termanfaatkan,” kata Dwi dalam keterangan persnya.
Pihaknya menurut Dwi cukup komitmen untuk mempercepat pemanfaatan panas bumi dan konsisten menjadi yang terdepan dalam melaksanakan pengembangan panas bumi di Indonesia.
“Bahkan, di saat investor lain pun tidak banyak tergerak karena berbagai hambatan yang dialami, kami terus berinvestasi di sektor panas bumi salah satunya PLTP Kamojang 5 yang diresmikan oleh Presiden RI hari ini,” tambah Dwi.
Saat ini Pertamina sedang melaksanakan proyek pengembangan panas bumi, meliputi PLTP Kamojang 5 (1×35 MW) dan Karaha (1×30 MW) di Jawa Barat, Ulubelu 3 & 4 (2×55 MW) di Lampung, Lumut Balai 1 dan 2 (2×55 MW) di Sumatera Selatan, Lahendong 5 dan 6 (2×20 MW) dan pembangkit skala kecil Lahendong 2×5 MW di Sulawesi Utara, Sibayak 1×5 MW di Sumatera Utara, Hululais 1 dan 2 (2×55 MW) di Bengkulu, Sungai Penuh 1 (1×55 MW) di Jambi. Keseluruhan proyek tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan 505 MW dan investasi sekitar US$2,5 miliar.
Proyek-proyek tersebut akan mulai beroperasi komersial secara bertahap mulai 2015 hingga 2019. Dengan tuntasnya proyek-proyek tersebut, Pertamina akan memiliki kapasitas sebesar 907 MW pada tahun 2019 yang dapat menghemat penggunaan BBM sekitar 43.000 barel setara minyak per hari.
Sebagai wujud komitmen Pertamina terhadap optimalisasi local content, dan memperkuat sinergi di antara perusahaan milik negara, hampir seluruh proyek panas bumi yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri. Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar 7 ribu orang selama proyek berlangsung.