Jakarta, TAMBANG – Nilai ekspor Juli tahun 2018 lebih kecil dibanding nilai impor. Badan Pusat Statistik (BPS) RI melansir, nilai ekspor hanya mencapai USD16,24 miliar atau meningkat 25,19 persen dibanding ekspor Juni 2018. Dan meningkat 19,33 persen dibanding Juli 2017.
BPS menjelaskan, ekspor nonmigas Juli 2018 mencapai USD14,81 miliar, naik 31,18 persen dibanding Juni 2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Juli 2017, naik 19,03 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Juli 2018 mencapai USD104,24 miliar atau meningkat 11,35 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD94,21 miliar atau meningkat 11,05 persen.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Juli 2018 terhadap Juni 2018, terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar USD285,6 juta (67,50 persen). Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD86,0 juta (15,99 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Juli 2018 naik 6,80 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 37,43 persen, sementara ekspor hasil pertanian turun 7,50 persen.
Ekspor nonmigas Juli 2018 terbesar adalah ke China yaitu USD2,19 miliar, disusul Jepang USD1,59 miliar dan Amerika Serikat USD1,56 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 36,09 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD1,46 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Juli 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD17,40 miliar (16,69 persen), diikut Jawa Timur USD10,98 miliar (10,53 persen) dan Kalimantan Timur USD10,76 miliar (10,32 persen).