Beranda Batubara Sepanjang Oktober BORN Fokus Eksplorasi Pada Empat Lokasi

Sepanjang Oktober BORN Fokus Eksplorasi Pada Empat Lokasi

Lokasi penambangan batu bara PT Garuda Tujuh Buana, Tbk di Pulau Bunyu, Provinsi Kalimantan Utara
  • Sepanjang Oktober pemetaan crop line di K29, K30, K31 dan K33 di sebelah barat daya Pit 6
  • Pengeboran dengan system open hole
  • Kegiatan eksplorasi diawasi langsung oleh AKT dibawah tanggung jawab Divisi Geologi
  • Seam K29 ditemukan tiga singkapan batu bara dengan ketebalan 0,43 meter dan 0,65 meter
  • Seam K30 ditemukan dua singkapan batu bara dengan ketebalan 0,38 meter dan 0,84 meter

 

 

Jakarta – TAMBANG. Meski kondisi pasar batu bara sedang melemah  PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT), anak usaha PT Borneo Lumbung Energy & Metal (BORN)  tetap melakukan kegiatan eksplorasi. Di sepanjang Oktober kegiatan pemetaan crop line seam batu bara di K29, K30, K31 dan K33 di sebelah barat daya Pit 6. Kegiatan ini menggunakan small excavator Komatsu PC 200.

 

“Kegiatan pemetaan tracing singkapan batu bara dibagi menjadi lima lokasi, dan sepanjang Oktober kegiatan pemetaan crop line difokuskan pada  lokasi keempat, ” kata Kenneth Raymond Allan, Direktur BORN dalam rilis yang disampaikan ke pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (11/11).

 

Kenneth menjelaskan, prioritas pertama tracing singkapan batu bara dilakukan di sebelah selatan Pit 8. Selanjutnya dilakukan di sebelah barat Pit 8. Sementara prioritas ketiga ada di sebelah barat dari prioritas pertama. Sedangkan untuk keempat dilakukan di sebelah barat daya Pit 6 dan prioritas kelima tracing singkapan batu bara di sebelah timur laut Pit 3.

 

Biasanya biaya eksplorasinya terdiri dari biaya pemboran, pemetaan, analisa sample batu bara dan geophysical logging. Namun selama bulan Oktober biaya eksplorasi hanya berupa gaji bulanan karyawan divisi eksplorasi yang diperbantukan ke divisi shorterm planning.

 

“Sedangkan penggunaan alat berupa excavator Komatsu PC 200 dan dozer dibebankan kepada bagian produksi,” paparnya.

 

Dalam kegiatan ini metode pemetaan yang digunakan seperti yang selama ini digunakan tim geologi dan tim survei AKT berupa pemetaan geologi untuk penentuan lokasi lobang bor, menentukan kelanjutan seamseam batu bara, pemetaan situasi untuk kemajuan tambang, disposal area, maupun sarana tambang lainnya dan pemetaan topografi untuk pengembangan desain tambang.

 

Sementara untuk pengeboran digunakan pilot hole, yakni memulai pemboran dengan system open hole sampai mencapai target kedalaman yang telah ditentukan. Selanjutnya lokasi titik bor digeser sekitar satu setengah meter dari pilot hole, lalu kembali dilakukan pengeboran dengan system open hole dan partly cored sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya, sampai mencapai ketebalan batu bara yang ditargetkan.

 

Pemboran dilanjutkan ke kedalaman berikutnya dengan system open hole untuk segmen-segmen kedalaman pada lapisan yang tidak ada batu baranya. Penerapan pemboran dengan system pilot hole ini sangat membantu penghematan biaya pemboran maupun waktu pemboran.

 

Cara sampling batu bara dilakukan dengan prasyarat perolehan core (core recovery 95%), dimana pengambilan sample batu bara dilakukan dengan membagi tiga setiap core yang diambil menjadi 10 cm bagian roof batu bara, 10 cm bagian floor batu bara dan coal body per 50 cm. Setiap bagian dari core yang diambil dikirim secara terpisah ke laboratorium batu bara PT Geoservice, Balikpapan untuk dianalisa.

 

Geophysical Logging dengan 4 parameter yaitu Caliper, Gamma Ray, Long Density dan Short Density . Down hole geophysical logging dilakukan pada setiap lubang bor untuk merekonsiliasi data kedalaman, ketebalan batu bara dan non batu bara, urutan lithologi dan informasi level muka air tanah.

 

Sedangkan analisa kualitas core sample batu bara dilakukan dengan beberapa parameter, yaitu  Proximate, Total sulphur, Calorific Value, Crusible Swelling Number (CSN), Relative Density (RD), Form of sulphur, Gieseller Plastometer, P2O5 in ash dan Phosporus in coal.

 

Seluruh kegatan eksplorasi pelaksanaan lapangannya diawasi langsung oleh AKT dibawah tanggung jawab Divisi Geologi yang terdiri dari 1 orang Manager Geologi, 2 orang Superintendent Geologi, 1 orang Modeling Geologi dan 3 orang Supervisor Geologi.

 

Hasil tracing menunjukkan singkapan batu bara di Prioritas keempat merupakan seam-seam batu bara dari sequence atas secara berurutan dari atas ke bawah : seam K29, seam K30, seam K31 dan seam K33. Seam K29 ditemukan tiga singkapan batu bara dengan ketebalan 0,43 meter dan 0,65 meter.

 

Untuk Seam K30 ditemukan dua singkapan batu bara dengan ketebalan 0,38 meter dan 0,84 meter. Seam K31 ditemukan dua singkapan batu bara dengan ketebalan 0,41 meter dan 0,99 meter, dan Seam K33 ditemukan satu singkapan batu bara dengan ketabalan 1,45 meter.