Warga Cina melewati pabrik.
TAMBANG-BEIJING. PERTUMBUHAN ekonomi Cina pada 2015 encapai 6,9%. Angka ini untuk ukuran Indonesia, termasuk bagus. Tetapi bagi Cina, ini merupakan pertumbuhan ekonomi terendah selama 25 tahun terakhir ini. Pada 1990, pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 3,8%, menyusul peristiwa berdarah di Alun-alun Tiananmen yang membuat Cina diboikot dunia internasional.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi Cina membuat dunia pasar modal internasional terpukul, karena Cina merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Seandainya ekonomi Cina terserang batuk, negara-negara pemasoknya, termasuk Indonesia, ikut terpengaruh. Permintaan batu bara dari Indonesia, misalnya, berkurang jauh akibat industri di Cina tak memerlukan listrik sebanyak ketika ekonomi sedang tumbuh pesat. Data dari Badan Pusat Statistik Cina menyebut, pertumbuhan ekonomi di kuartal empat 2015 malah melemah menjadi 6,8%.
Turunnya ekonomi Cina sudah diprediksi oleh 18 ekonom yang disurvei kantor berita AFP. ‘’Ekonomi tengah menuju stabilisasi, tetapi situasi stabil itu belum terjadi hingga saat ini,’’ kata Kepala Ekonomi Citic Bank International, Hong Kong, Liao Qun.
Para pemimpin ekonomi Cina menargetkan pertumbuhan 7%. Mereka tengah berusaha mengubah orientasi perekonomian Cina dari yang sebelumnya berorientasi ekspor ke domestik, yang mengandalkan permintaan konsumen dalam negeri.
Sektor jasa menyumbang 50,5% dari produk domestik bruto (GDP) pada 2015. Inilah untuk pertama kalinya sektor jasa menyumbang lebih dari separuh untuk ekonomi Cina.
Menurut Badan Pusat Statistik Cina, situasi pada 2016 akan mirip dengan situasi 2015. ‘’Perekonomian Cina masih menghadapi situasi kompleks,’’ kata Kepala BPS Cina, Wang Baoan.