Jakarta-TAMBANG.Di saat banyak perusahaan tambang batu bara lainnya mencatat merevisi target produksinya, PTBA malah mencatat kenaikan produksi di 2015. Tahun lalu BUMN tambang batu bara ini memproduksi 19,19 juta ton. Padahal di 2014 produksi batu baranya masih diangka 16,37 juta ton.
Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono menjelaskan kenaikan produksi ini tidak lain karena permintaan batu bara baik dari pasar domestik maupun ekspor mengalami peningkatan.” Karena sampai 2015 prognosa kita mengalami peningkatan produksi kita naik hampir 18%. Dan sampai sekarang masih bisa meningkatkan produksi kecuali pembelian dari anak perusahaan. Sekitar 73% dari target,”kata Joko.
Kenaikan produksi ini ditopang oleh Unit Pertambangan Tanjung Enim (UPT) Sumatra Selatan sebesar 18,53 juta ton yang berarti naik 20% dari realisasi tahun sebelumnya 15,50 juta ton. Sementara kontribusi dari PT International Prima Coal (IPC) Kalimantan Timur sebesar 0,68 juta ton, dan dari Unit Pertambangan Ombilin (UPO) sebesar 0,02 juta ton.
“Selain memproduksi sendiri, tahun lalu PTBA juga melakukan pembelian batu bara dari pihak ketiga melalui anak perusahaan,”terang Joko. Namun pembelian dari anak usaha mengalami penurunan.
Sementara dari sisi penjualan, di 2015 perseroan berhasil menjual 19,17 juta ton atau naik 7% secara tahun per tahun dari 17,96 juta ton di tahun sebelumnya. Sejauh ini pasar domestik masih lebih besar yakni 53% atau sebesar 10,13 juta ton dari total penjualan. Sedangkan pasar ekspor menyerap 9,30 juta ton.
“Untuk pasar domestik lebih besar dialokasikan untuk pembangkit listrik. Sementara pasar ekspor batu bara peseroan ada di beberapa negara yakni kita Taiwan, Jepang, Malaysia, Bangladesh, Vietnam dan India. Kita tidak ke cina dan sejak dua tahun lalu ke Taiwan,”terang Joko.
Peningkatan produksi yang terjadi selain karena pertumbuhan permintaan juga ditopang oleh kesiapan infrastruktur mulai dari peningkatan kapasitas angkutan kereta api dan juga kapasitas pelabuhan untuk mendukung peningkatan permintaan. Selain itu perusahaan juga mendorong efisiensi.
Menurut Joko yang ditemui pekan lalu, kinerja positif PTBA itu berlangsung di tengah kondisi harga batu bara yang terus memburuk. Perseroan melakukan optimalisasi sistem penambangan seperti dengan elektrifikasi peralatan tambang, menggunakan tenaga listrik yang dihasilkan pembangkit milik sendiri berbahan bakar limbah batu bara dan memperpendek jarak angkut di lokasi tambang.
“Kalau kita lihat harga belum stabil, yang dilakukan efisiensi, dengan pola dari tahun 2013 dimulai dari PLTU mulut tambang, meningkatkan pemasaran untuk mempertahankan ini. Pasar domestik masih yang eksisting ke PLTU,”ujar Joko.