Jakarta, TAMBANG – Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap strategi untuk meningkatkan nilai investasi pada tahun 2025. Tiga strategi utama yang akan diterapkan untuk menarik minat investor itu meliputi fokus pada komoditas, fasilitasi investasi, dan perencanaan yang lebih terarah.
“Kita tidak memungkiri adanya tantangan yang perlu kita tindak lanjuti terkait investasi minerba, di mana salah satunya pemerintah saat ini tengah fokus kepada adanya pengoptimalan pada mineral kritis yang dapat dikerjasamakan pada tahun 2025 antara lain pasir besi, pasir kuarsa, termasuk kesenjangan teknologi pada pengolahan nikel atau pemurnian nikel,” ungkap Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Cecep Mochammad Yasin dalam Indonesia Mining Outlook 2025 di Jakarta, Kamis (27/2).
Cecep melanjutkan, terkait fokus fasilitasi, kegiatan kerja sama tahun 2025 akan menggunakan basis data dari MOU yang telah ditandatangani sebagai payung hukum untuk memperkuat dan mengontrol investasi di pertambangan.
“Serta perlunya kajian dalam fasilitasi penyelesaian kendala yang melibatkan instansi lain,” beber Cecep.
Sementara perihal fokus perencanaan, badan usaha perlu mengkaji ulang perencanaan investasi, dikarenakan target investasi minerba merupakan indikator kinerja Kementerian ESDM.
“Badan usaha perlu mengidentifikasi seluruh aktivitas investasi usaha jasa pertambangan pada wilayah pertambangannya dan melaporkan realisasi investasinya kepada pemerintah,” bebernya.
Realisasi investasi sektor pertambangan mineral dan batu bara sepanjang tahun 2024 memang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Realisasi investasi sektor minerba tahun lalu mencapai USD7,65 miliar atau 94,80 persen dari yang ditargetkan, USD8,08 miliar. Pada tahun 2025, target investasi sub sektor mineral dan batu bara sebesar USD7,9 miliar.
Indonesia Mining Outlook 2025: Industri Tambang Kunci Ketahanan Energi dan Indonesia Emas 2045
“Berdasarkan evaluasi selama tahun 2024, Ditjen Minerba memiliki beberapa tantangan dalam meningkatkan nilai investasi,” imbuhnya.
Cecep menjelaskan bahwa tantangan pertama yang dihadapi adalah proses perizinan di sejumlah instansi yang masih dilakukan secara manual. Selain itu, hambatan infrastruktur, baik dalam transportasi logistik maupun pasokan energi, juga menjadi kendala utama dalam meningkatkan investasi di sektor ini.
“Perizinan seringkali terhambat oleh birokrasi yang kompleks di mana proses pengurusan perizinan masih memerlukan koordinasi manual antara berbagai instansi. Contoh PPKH, izin pengalihan jalan nasional serta izin amdal,” ucapnya.
“Keterbatasan infrastruktur baik dalam hal transportasi logistik maupun pasokan energi untuk operasional sering terdapat keterlambatan proses pengiriman barang atau peralatan dan pengiriman barang dari negara asal,” jelas dia.
Tantangan kedua adalah perihal pembebasan lahan dan faktor ekonomi global. Terdapat kendala pada pembebasan lahan khususnya pada kenaikan harga lahan yang masih proses negosiasi.
“Ketidakstabilan harga komoditas global dapat menurunkan proyeksi keuntungan, sehingga investor cenderung menahan diri untuk berinvestasi. Selain itu, krisis dan retensi global yang tidak menentu terus mempengaruhi daya tarik investasi di sektor minerba,” jelas dia.
Ketiga, kebijakan internal manajemen menunda investasi. Adanya proses perencanaan dan evaluasi ulang terhadap proyeksi pasar, serta perbaikan struktur internal yang diperlukan untuk mendukung investasi sehingga badan usaha menunda investasi di tahun 2024.
Keempat, keadaan kahar. Aktivitas operasional tambang badan usaha terdampak oleh bencana alam, seperti curah hujan yang tinggi.
“Hal ini menyebabkan permasalahan di wilayah pertambangan seperti penundaan kegiatan konstruksi, proses penggalian, transportasi dan pengolahan hasil tambang,” pungkasnya.