Jakarta-TAMBANG.PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, menutup peluang praktik percaloan melalui jasa perantara dalam kerja sama investasi maupun jual beli minyak dan gas bumi dengan investor dari luar, baik dengan National Oil Company (NOC) maupun perusahaan swasta. Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengatakan pihaknya berupaya membangun budaya bersih, terbuka, dan transparan, agar BUMN perminyakan nasional ini menjadi lebih baik.
“Ada banyak pihak yang ingin mencari rente dari bisnis migas Pertamina, termasuk waktu saya ke Tehreran, Iran kemarin itu untuk kerja sama dengan NIOC (National Iranian Oil Company. Ada pihak ketiga yang menawarkan bantuan kepada NOC untuk bekerja sama dengan Pertamina,” ujar Dwi di Jakarta, Kamis (11/8).
Menurut Dwi, semua proses bisnis di Pertamina dilakukan secara transparan dan akuntabel. Proses impor minyak dan BBM yang sebelumnya disebut-sebut berpotensi merugikan negara karena melibatkan para pemburu rente, sejak hampir dua tahun terakhir pengadaannya dilakukan sangat transparan melalui Integrated Supply Chain setelah Petral, anak usaha Pertamina dibubarkan.
Dwi meminta siapapun mitra maupun calon Pertamina, baik perusahaan privat maupun NOC, untuk tidak lagi menanggapi upaya pihak yang menjanjikan dapat mempermulus kerja sama bila menggunakan jasa perantara. Bila berbisnis dengan Pertamina, langsung saja tanpa perantara.
“Saya tidak ingin membiarkan permainan terjadi di Pertamina, karena itu harus dibangun budaya yang baru. Persepsi lama bahwa bila ingin masuk Pertamina harus masuk perantara, harus dihapus sama sekali,” katanya.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, menilai kebijakan Pertamina ini positif dan konsisten dengan upaya perusahaan meningkatkan Good Corporate Governance (GCG). Apalagi, dalam realisasinya ISC juga makin baik. “Semoga hal ini tetap dapat dipertahankan,” katanya.
IGN Wiratmadja Pudja, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mendukung sikap Pertamina yang transparan dan akuntabel. Apalagi, pemerintah lebih menyukai (prefer) Pertamina bekerja sama dalam kegiatan bisnis migas dengan pihak luar langsung dengan produsen (NOC) negara penghasil minyak dan gas
Berly Martawardaya, pengamat ekonomi energi dari Universitas Indonesia, mengatakan kebijakan Pertamina ini perlu didukung. Apalagi ditambah dengan sistem procurement yang kuat yang bisa mengajak partnter-partner berkualitas untuk berpartisipasi. “Bandingkan komponen-komponen penting dan pilih pemenang yang memberikan highest bang for the buck,” katanya.