Jakarta,TAMBANG – Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Ridwan Djamaluddin mengingatkan pelaku usaha untuk tidak menggunakan cara-cara di luar aturan yang berlaku. Ia mengaku bahwa selama ini ada perusahaan yang ketika menghadapi masalah reguler tidak menyampaikan langsung ke Ditjen Minerba.
“Tetapi istilahnya melambung ke atas ke pihak-pihak yang memiliki kekuatan politik, memiliki kekuasaan. Saya tidak keberatan untuk berkomunikasi dan menyelesaikan dengan cara seperti itu. Namun jangan sampai membangun kesan kita tidak bisa menyelesaikan secara reguler. Apalagi yang dilaporkan itu salah,” tandas Ridwan.
Oleh karenanya salah satu pokok penting yang disampaikan Ridwan saat membuat acara Webinar CEO Talk yang dilaksanakan Majalah TAMBANG, Rabu (17/3), ia meminta perusahaan untuk mengikuti regulasi. Ini akan membantu pihaknya untuk tidak terlalu sibuk terhadap permohonan, permintaan, dan perintah dari orang di luar koridor yang semestinya.
“Ada yang mengatakan ini sudah 2 tahun mati tolong dilanjutkan. Pak Dirjen bolehlah ekspor pasir. Hal-hal seperti itu mari kita hindari, patuh saja pada aturan,” tandasnya.
Di kesempatan itu, Dirjen kembali menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong hilirisasi. Menurutnya ini sudah keharusan yang tidak terhindarkan karena termaktub dalam pasal 33 dari UUD 1945.
Untuk mewujudkan hal itu, Ridwan mengatakan ada beberapa hal yang perlu disepakati. Pertama sebagai Pemerintah, Ditjen Minerba sudah berusaha sekuat tenaga memfasilitasi apa yang dibutuhkan badan usaha. “Bagi kami kalau badan usaha sehat, negara ikut sehat,” tandasnya.
Hal kedua ia berharap para pengusaha membuktikan bahwa niatnya sudah sama. Ia mengakui bahwa hilirisasi perlu modal. Namun jangan sampai karena perlu modal kemudian dipertentangkan lagi kalau bangun smelter untungnya kecil, lalu maunya ekspor mentah saja. Itu berarti tidak amanah.
Ridwan juga mengingatkan pelaku usaha untuk menaruh perhatian serius pada aspek lingkungan. “Saya berkali-kali mengatakan jangan sampai terus menerus industri pertambaagan dalam tanda kutib “musuhnya” pecinta lingkungan. Kita tidak, kita bukan musuhnya, selama kita bisa menerapkan praktik pertambangan yang baik,” ujarnya lagi.
Hal terakhir yang disampaikan bahwa hilirisasi adalah wujud nyata dari perjuangan nasionalisme. “Kita sedang di gugat Uni Eropa di WTO. Menurut saya itu ada-ada saja. Kita yang punya nikel, kenapa mereka paksa-paksa kita jual nikel. Hal-hal seperti ini menuntut kekompakan kita. Begitu UU Minerba mengatakan hilirisasi maka kita harus melakukan hilirisasi,” tutupnya.
Untuk diketahui, Webinar CEO Talk dilaksanakan sebagai bagian dari perayaan HUT Majalah TAMBANG ke-16 tahun. Selain Direktur Jenderal Minerba Ridwan Djamaluddin sebagai pembicara kunci, juga hadir beberapa pembicara lain. Direktur Utama PT Indika Energy,Tbk M. Arsjad Rasjid, Cecep Mochamad Yasin, Koordinator Perencanaan Produksi dan Pemanfaatan Minerba, Hendrik Lolinhandary, Industry Architect SAP Sout East Asia dan M Toha, Wakil Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan PERHAPI