Jakarta,TAMBANG,- Harga batu bara global masih dalam trend menguat. Bahkan diperkirakan masih akan terus memecahkan rekor demi rekor. Ini juga yang tertuang dalam laporan International Energy Agency (IEA) yang diterbitkan pada Juli 2022 silam. Disebutkan mengacu pada tren ekonomi dan pasar saat ini, konsumsi batubara global diperkirakan akan meningkat sebesar 0,7% pada tahun 2022 menjadi 8 miliar ton. Ini dengan asumsi ekonomi China pulih seperti yang diharapkan pada paruh kedua tahun ini. Bahkan trend ini akan berlanjut ke tahun depan dengan campai titik tertinggi.
Dalam laporan lembaga energi dunia ini menyebutkan gejolak signifikan di pasar batu bara dalam beberapa bulan terakhir berimplikasi pada banyak negara. Ini juga menegaskan bahwa batu bara tetap menjadi bahan bakar utama untuk pembangkit listrik dan berbagai proses industri. Pada saat yang sama, pembakaran batu bara dalam jumlah besar yang terus berlanjut di dunia meningkatkan kekhawatiran iklim, karena batu bara adalah sumber tunggal terbesar emisi CO2 terkait energi.
Konsumsi batu bara di seluruh dunia mengalami rebound sekitar 6% pada tahun 2021 karena ekonomi global pulih dengan cepat dari guncangan awal pandemi Covid. Kenaikan tajam itu memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan dalam emisi CO2. Bahkan merupakan yang tertinggi dalam sejarah.
Ada banyak faktor yang membuat permintaan batu bara menguat. Diantaranya kenaikan harga gas alam sehingga banyak yang berali dari gas-ke-batu bara. Ini terjadi di banyak negara yang selama ini sudah mulai beralih ke gas. Ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi di India. Ini membuat konsumsi energi pun meningkat. Meski hal positif tersebut masih “ditahan” pertumbuhan ekonomi yang melambat di China. Juga ketidakmampuan beberapa produsen batu bara utama untuk meningkatkan produksi.
Permintaan batu bara di India meningkat sejak awal tahun 2022 dan diperkirakan akan meningkat hingga 7% selama setahun ini. Sementara di Cina, permintaan batu bara diperkirakan telah turun 3% pada paruh pertama tahun 2022 karena adanya pembatasan terkait Covid yang baru di beberapa kota. Ini berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun IEA memperkitakan bakal ada peningkatan di paruh kedua tahun ini yag kemungkinan akan berdampak pada kenaikan konsumsi batu bara setidaknya sama sama seperti tahun lalu.
Harus diakui pasar batu bara global sangat ditentukan oleh China dan India. Maklum kedua negara ini merupakan konsumen batu bara terbesar dunia. Bahkan Cina menguasai lebih dari separuh permintaan dunia.
Sementara untuk kawasan Uni Eropa diperkirakan anak naik 7% pada tahun 2022 di atas lonjakan 14% tahun lalu. Hal ini didorong oleh permintaan dari sektor listrik di mana batu bara semakin banyak digunakan untuk menggantikan gas. Maklum saja pasokan gas ke Uni Eropa terganggu seiring konflik Rusia dengan Ukraina. Situasi tersebut membuat harga gas melambung. Laporan tersebut menyebutkan beberapa negara Uni Eropa memperpanjang umur pembangkit batu bara yang dijadwalkan untuk ditutup, membuka kembali pembangkit yang ditutup atau menaikkan batas jam operasi mereka untuk mengurangi konsumsi gas. Meski demikan Eropa hanya menyumbang sekitar 5% dari konsumsi batu bara global.
IEA juga menyebutkan bahwa melonjaknya harga gas alam telah membuat batu bara lebih kompetitif di banyak pasar. Harga batu bara internasional pada gilirannya meningkat, mencapai tiga puncak sepanjang masa antara Oktober 2021 dan Mei 2022. Sanksi dan larangan batu bara Rusia setelah invasi Rusia ke Ukraina juga turut mengganggu pasar. Ditambah lagi ada masalah di eksportir besar lainnya telah berkontribusi pada kekurangan pasokan. Dengan produsen batubara lainnya menghadapi kendala dalam mengganti produksi Rusia, harga di pasar berjangka batu bara menunjukkan bahwa kondisi pasar yang ketat diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun depan dan seterusnya.