Jakarta, TAMBANG – PT Freeport Indonesia (PTFI) diminta membangun smelter di dekat lokasi pertambangannya di Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Permintaan ini imbas dari rencana divestasi 10 persen kepada pemerintah hingga menjadi 61 persen pada tahun 2041.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas menyebut sejauh ini belum ada rencana membangun smelter di Bumi Cenderawasih tersebut. Pihaknya masih butuh waktu untuk melakukan studi kelayakan terkait rencana pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan tersebut.
“Belum. Itu harus dibuat feasibility study dulu kalau untuk bikin smelter baru di Papua,” ungkap Tony Wenas saat ditemui di Bilangan Jakarta, dikutip Selasa (4/6).
Permintaan membangun smelter baru PTFI ini beberapa kali dilontarkan Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia. Termasuk saat memberi kuliah umum di Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama di Jakarta beberapa waktu lalu.
“Supaya ada pemerataan smelter dari Freeport Indonesia. Kami akan mengakuisisi lagi sahamnya, tambah 10 persen. Sekarang kan 51 persen. Kami ingin Indonesia mayoritas lagi,” beber Bahlil.
“Negosiasinya sudah selesai dan Freeport setuju untuk penambahan saham 10 persen pada 2041, ujarnya lagi.
PTFI sedang merampungkan proyek smelter di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Kapasitas produksinya mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Baca juga: Izin Ekspor Diperpanjang, Presiden Direktur Freeport: Kita Bisa Tambah 900 Ribu Ton Konsentrat
Pada akhir Mei, smelter tersebut sudah tahap commissioning yaitu melakukan serangkaian pengujian dan percobaan untuk memastikan peralatan dan sistem yang didesain, diinstal, dan dioperasikan sudah sesuai secara substansial.
Smelter yang dibangun sejak Oktober 2021 ini, siap beroperasi penuh pada bulan Juni 2024. Berkapasitas 1,7 juta ton per tahun, smelter anyar tersebut menjadi smelter tembaga terbesar di dunia.
Di samping itu, PTFI juga sudah memiliki fasilitas pemurnian dan pengolahan eksisting yang dioperasikan lewat anak usahanya, PT Smelting. Smelter tersebut kapasitasnya mencapai 1,3 juta konsentrat per tahun.