Jakarta, TAMBANG – PT Kaltim Prima Coal (KPC) angkat bicara terkait kegiatan tambang yang dinilai menjadi penyebab banjir di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur.
GM External Affairs and Sustainable Development KPC, Wawan Setiawan menegaskan bahwa banjir yang terjadi sejak Sabtu (19/3) tidak ada kaitannya dengan kegiatan tambang yang dilakukan perseroan. Menurut dia, semua bentuk operasional perusahaan sudah sesuai standar pertambangan.
“KPC memastikan, pengelolaan air tambang masih sesuai aturan yang dipersyaratkan, baik baku mutu kualitas air maupun debit air keluaran menuju sungai sebagai badan penerima. Hal ini telah dicek secara langsung oleh DLH Kutai Timur dan telah diambil sampel di titik penataan kolam tambang KPC untuk uji laboratorium,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (25/3).
Demikian juga dengan debit air yang keluar menuju sungai Sangatta, yang menurut Wawan masih di bawah standar. Kolam PSS Bendili misalnya, debit maksimal yang boleh keluar adalah 10,56 m3/detik.
“Namun pada saat banjir tanggal 19-20 Maret 2022, debit yang keluar hanya 5,05 m3/detik. Di kolam J Void, debit yang keluar sebanyak 6,12 m3/detik dari 15,6 m3/detik yang diperbolehkan,” imbuh Wawan.
Menurut Wawan, banjir justru dipicu curah hujan yang sangat tinggi hingga mencapai 167 mm per hari sehingga air pasang yang naik mencapai lebih dari 2,5 meter. Hal ini membuat air hujan yang deras tidak dapat mengalir ke laut dan membanjiri sepanjang sempadan sungai Sangatta.
“Pada tanggal 18-20 Maret 2022, ada dua kondisi yang memicu banjir besar, di DAS Sangatta, yakni curah hujan yang sangat tinggi mencapai 167 mm/hari dengan air pasang yang naik mencapai lebih dari 2,5 meter,” bebernya.
“Pantauan kami di outlet PSS Bendili, justru air dari arah sungai Sangatta masuk ke sungai Bendili dan tertahan lama tidak mengalir keluar sehingga volume lebih besar dari biasanya,” tambahnya.
Lebih lanjut Wawan menegaskan bahwa anggapan luas area bukaan KPC yang sangat mungkin meningkatkan volume air menuju sungai dan menyebabkan banjir saat hujan terjadi, itu tidak benar.
“Perlu kami luruskan bahwa, seluruh air hujan yang jatuh ke area terbuka KPC telah ditampung di kolam-kolam pengendap dan dikontrol baik kualitas maupun kuantitas airnya. Selain melakukan pengelolaan air tambang, KPC juga melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif,” jelasnya.
Menurutnya, dari 32,542 hektar lahan yang ditambang, sebanyak 13,267 hektar (40,77%) telah direklamasi kembali. Sejak tahun 2014 luasan target reklamasi KPC selalu di atas 1000 hektar.