Jakarta,TAMBANG,- Salah satu produk tambang yang sangat penting perannya dalam kehidupan manusia dewasa ini adalah tembaga. Banyak aspek kehidupan modern membutuhkan tembaga mulai dari industri elektronik, konstruksi, hingga energi terbarukan. Konduktivitas listrik yang tinggi, ketahanan terhadap korosi, proses produksi yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan logam lain, serta sifat tembaga yang kondusif dan bisa didaur ulang hingga 100 persen menjadikan tembaga sebagai mineral masa depan yang esensial.
Sampai sekarang, tembaga menjadi komponen vital dalam berbagai produk listrik, seperti kabel, ponsel, dan komputer, serta digunakan dalam berbagai infrastruktur, seperti bangunan, jembatan, dan jalan raya. Selain itu, tembaga juga berperan dalam mendorong pengembangan teknologi energi baru terbarukan (EBT), seperti panel surya, turbin angin, dan baterai. Faktanya, teknologi EBT membutuhkan empat hingga lima kali lebih banyak tembaga daripada pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Data menyebutkan bahwa sekitar 65 persen tembaga di dunia digunakan untuk menghantarkan listrik. Kendaraan listrik memerlukan empat kali lebih banyak tembaga dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Di sisi lain, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) membutuhkan sekitar lima ton tembaga, sementara pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) memerlukan sekitar 1,5 ton tembaga.
“Penggunaan tembaga akan semakin meningkat ke depannya, dan Indonesia memiliki cadangan mineral utama yang diperlukan untuk mendukung industri EBT. PTFI, sebagai penghasil tembaga terbesar di Indonesia, berkomitmen untuk menyediakan pasokan tembaga dan mendukung program hilirisasi nasional,” tandas Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas.
PTFI terus mengoptimalkan kapasitas produksi tambang bawah tanahnya. Hingga akhir tahun 2023, PTFI menargetkan kapasitas hampir 100 persen dari yang direncanakan. “Kami akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 220 ribu ton bijih per hari dan menghasilkan sekitar 1,7 miliar pon tembaga tahun depan,” lanjut Tony.
Dengan 51,2 persen saham PTFI yang saat ini sudah dimiliki oleh Pemerintah Indonesia melalui MIND ID, kontribusi PTFI kepada perekonomian negara mencapai 4-5 miliar dolar AS setiap tahun. Pada tahun 2022, kontribusi PTFI mencapai 55 triliun rupiah, dengan 8,7 triliun rupiah diberikan kepada Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Mimika, lokasi tambang PTFI.
Dalam upaya mendukung program hilirisasi nasional, PTFI mendanai proyek ekspansi PT Smelting yang telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (14/12). PT Smelting yang merupakan pabrik peleburan tembaga pertama yang dibangun di Indonesia kini mampu mengolah 1,3 juta ton konsentrat tembaga hasil produksi tambang PTFI.
Di samping itu, pembangunan Smelter PTFI di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Manyar senilai 43 triliun rupiah juga ditargetkan akan selesai konstruksi fisiknya pada akhir tahun 2023. Dengan ekspansi PT Smelting dan operasional penuh Smelter PTFI di Manyar tahun depan, PTFI akan mampu memurnikan seluruh konsentrat tembaga di dalam negeri.
“PTFI berkomitmen mendukung hilirisasi tambang Indonesia dengan ambisi untuk memproses seluruh konsentrat tembaga di dalam negeri, yang pada akhirnya akan memberdayakan ekonomi lokal. Dengan kesiapan menyediakan katoda tembaga untuk industri EBT pada akhir tahun 2024, PTFI berupaya menunjukkan bagaimana sektor pertambangan dapat berperan positif dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045,” pungkas Tony.