Jakarta, TAMBANG – Berbagai upaya sedang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi karbon dioksida mulai dari pembaruan regulasi, pengadaan infrastruktur energi hijau, dan pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar kendaraan.
Terbaru, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng International Renewable Energy Agency (IRENA) untuk mempercepat penurunan emisi tersebut.
Kerja sama ini dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif dan Director General IRENA, Francesco La Camera, di sela agenda COP-26 yang dilangsungkan hari ini Kamis, (4/11) di Glasgow, Skotlandia.
“Kami membutuhkan dukungan dari negara lain dan organisasi internasional dengan keahlian seperti IRENA, untuk mempersiapkan transisi energi Indonesia”, kata Arifin, dikutip keterangan resmi Kamis (4/11).
Kerja sama ini menurutnya akan semakin menguatkan target penurunan emisi gas rumah kaca nasional dan mendukung Presidensi G20 Indonesia pada 2022.
Sebagaimana diketahui, pertama kali dalam sejarah, Indonesia memegang Presidensi G20 untuk tahun 2022, yang diserahkan secara resmi oleh Perdana Menteri Italia, Mario Draghi kepada Presiden Joko Widodo pada KTT G20 di Roma, Italia pada akhir Oktober lalu.
Komitmen utama kepemimpinan Indonesia di G20 adalah fokus pada pertumbuhan yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia itu, sepakat untuk menghentikan pendanaan batu bara luar negeri pada akhir tahun ini dan mengakui peran penetapan harga karbon.
Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 29% pada tahun 2030 dan telah menetapkan target net zero emission (nol emisi) pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional. Namun, ada banyak hal yang harus dilakukan di dalam negeri dalam hal kebijakan, teknologi, dan aliran keuangan.
Berdasarkan laporan Outlook Transisi Energi Dunia IRENA yang dirilis awal tahun ini, sebagian besar pengurangan emisi diperlukan pada dekade ini dan dapat dicapai melalui perpaduan teknologi yang tersedia.
“Indonesia adalah pemain kunci dalam mencapai target penurunan emisi dan kami berharap dapat bekerja sama untuk mengidentifikasi peta jalan nasional yang memberikan pertumbuhan ekonomi sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim”, kata Francesco.
Dia mengatakan ekonomi global utama dunia memiliki peran penting dalam mewujudkan ambisi nol emisi global dan rencana jangka pendeknya dalam penggunaan teknologi energi terbarukan yang ada. Namun, tentu transisi energi bukan hal yang mudah, tentu membuat para pembuat kebijakan menghadapi berbagai pilihan yang kompleks.
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani ini, IRENA akan menyiapkan peta jalan transisi energi yang komprehensif, mengidentifikasi tindakan kebijakan utama, solusi teknologi dan program pengembangan industri untuk mencapai tujuan dan target energi terbarukan jangka menengah dan panjang, serta tujuan dekarbonisasi di Indonesia.
Kerja sama ini juga mencakup penilaian manfaat sosial ekonomi dari transisi energi dengan penekanan pada pembentukan rantai nilai baru, penciptaan dan peningkatan lapangan kerja.
Atas perjanjian ini, IRENA dan Indonesia akan bekerja sama dengan erat pada peta jalan ambisius baru yang sejalan dengan tujuan Paris Agreement untuk ekonomi global bersih pada tahun 2050.
IRENA juga akan memfasilitasi akses ke pembiayaan iklim dan investasi dalam energi terbarukan melalui diskusi dan dialog tentang investasi yang tidak berisiko, pengembangan jaringan proyek, dukungan untuk persiapan proyek, termasuk melalui Koalisi untuk Akses Energi Berkelanjutan dan Inisiatif Platform Investasi Iklim.