TAMBANG, WASHINGTON. ARCH Coal kemarin mengumumkan penjualan sahamnya di terminal batu bara Millenium Bulk Terminal. Penjualan itu mengakhiri keterlibatan Arch Coal, raksasa tambang batu bara yang dalam proses bangkrut, dalam kegiatan ekspor batu bara. Padahal Arch Coal pernah disebut sebagai masa depan industri batu bara Amerika.
Lighthouse Resources Inc., mitra Arch Coal dalam membangun terminal batu bara di Longview, Washington itu membeli 38% saham milik Arch Coal, membuatnya menjadi pemilik tunggal Millenium. Persyaratan, harga, dan kesepakatan penjualan tidak diungkapkan.
‘’Pembelian terminal batu bara ini menunjukkan tekad jangka panjang kami terhadap pembangunan Millenium, dan kepercayaan kami akan prospeknya,’’ kata Kepala Eksekutif Lighthouse, Everett King, sebagaimana dimuat harian The Star Tribune, kemarin. Lighthouse, katanya, akan terus bermitra dengan Arch sebagai pelanggan dan mitra strategis.
Penjualan saham di terminal batu bara itu datang pada saat-saat yang menentukan bagi calon eksportir batu bara. Permintaan dari Cina melemah, dan perusahaan batu bara Amerika Serikat harus berjuang keras melawan Australia dan Indonesia, dua negara penghasil utama batu bara dengan biaya produksi murah.
Salah satu yang membuat suasana bisnis batu bara di Amerika kurang kondusif adalah karena munculnya penolakan cukup kencang dari politisi di dalam negeri. Rancangan studi oleh Kementerian Lingkungan Hidup Amerika Serikat, yang dikeluarkan bulan lalu menyebutkan, Millennium Bulk Terminal akan memiliki dampak besar bagi perubahan iklim. Pemerintah Amerika akan menuntaskan laporannya setelah menerima komentar dari publik.
Situasi keuangan Arch memang tengah genting. Perusahaan dari St. Louis, Amerika Serikat, itu telah menghabiskan US$ 40 juta antara 2012-2014 untuk membangun Millennium. Januari lalu, Arch mengajukan perlindungan dari kebangkrutan, menyusul ambruknya harga batu bara.
Para eksekutif Arch menilai telah menempuh jalan yang tepat. Sejak awal, katanya, Arch memang berniat membangun terminal, lalu menjadi pelanggannya.
‘’Langkah kami menjual saham di Millenium merupakan langkah tepat. Kami juga tetap terlibat di Millenium,’’ kata Deck S. Slone, Wakil Presiden Senior Arch Coal.
Arch Coal merupakan perusahaan batu bara terbesar kedua di Amerika Serikat, mengoperasikan tambang di Wyoming, Colorado, Illinois, dan tiga tambang di Appalachian, Carolina Utara.
Lighthouse mengoperasikan tambang dengan nama Ambre Energy, sampai tahun lalu, ketika sebuah perusahaan dari Denver, Amerika Serikat, membeli asetnya di Amerika utara, dan menjual operasinya di Australia demi menyelamatkan diri dari kebangkrutan.
Saat ini Lighthouse mengoperasikan tambang Black Butte di Wyoming barat daya, tambang Decker di Montana, dan tengah menyelesaikan pembangunan dua terminal ekspor, Millennium di Washington dan pelabuhan Morrow, di Oregon. Sayangnya, pemerintah Oregon menolak keingian Lighthouse agar bisa mengekspor batu bara sebanyak 8 juta ton setahun dari Morrow. Lighthouse tengah banding terhadap keputusan itu.
Millennium jauh lebih besar ketimbang Morrow. Millennium dirancang bisa mengekspor hingga 44 juta ton batu bara, setiap tahun. Bill Chapman, Kepala Eksekutif Millennium mengatakan, penjualan saham Arch harus disambut baik. ‘’Ini menunjukkan secara fundamental, bisnis Millennium punya prospek,’’ katanya.
‘’Kami tengah menunggu kelengkapan izinnya, dan segera memulai konstruksinya, agar bisa membawa lebih banyak tenaga kerja,’’ kata Chapman.