Jakarta-TAMBANG. PT Pertamina (Persero) saat ini gencar memasarkan produk BBM yang dirilis tahun lalu yakni Pertalite. Melihat minat konsumen yang cukup besar, BUMN energi ini menargetkan penjualan Pertalite di 2016 sebesar 15 ribu kiloliter (KL) per hari. Jumlah ini naik 275% dibandingkan realisasi penjualan tahun lalu 4.000 KL. Selain Pertalite, Pertamina juga memproyeksikan peningkatan penjualan produk pertamax series, seperti Pertamax, Pertamax Plus dan Pertamax Dex.
Ahmad Bambang, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, mengatakan tantangan Pertamina dalam pemasaran BBM saat ini adalah bagaimana masyarakat mau menggunakan Pertamax dan Pertalite. Apalagi saat ini ada momentum yang tepat seiring penurunan harga yang signifikan.
“Hingga saat ini, Pertalite telah dipasarkan di 2.133 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dalam kurun waktu kurang dari lima bulan sejak diluncurkan,” kata Ahmad Bambang di Jakarta, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut Ahmad menjelaskan bahwa peningkatan penjualan Pertalite tahun lalu karena dibuktikan menghasilkan performa yang lebih baik dibanding premium. Pertalite yang mulai dipasarkan Pertamina pada Juli 2015 memiliki research octane number (RON) 90 atau lebih tinggi dibanding premium yang memiliki RON 88. Saat ini Pertamina menjual Pertalite Rp 7.900 per liter, premium Rp 7.050 per liter dan Pertamax Rp 8.500 per liter.
Rhenald Kasali, pakar pemasaran, mengatakan dari sisi marketing, khususnya untuk BBM, Pertamina diuntungkan oleh jaringan infrastruktur yang sudah masif di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karenanya, untuk pemasaran produknya tidak banyak mengalami kesulitan. “Sekarang tinggal bagaimana mengembangkan teknologi agar produk-produk yang dipasarkan bisa memenuhi kebutuhan konsumen,” kata dia.
Menurut Rhenald, Pertamina telah melakukan langkah tepat dengan meluncurkan produk Pertalite untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan premium dengan RON lebih tinggi dari Premium namun tidak mampu membeli harga Pertamax.
Selain memacu penjualan BBM, Pertamina akan mengoptimalkan peran SPBU untuk memasarkan seluruh produk-produknya, seperti pelumas dan elpiji. Pertamina memiliki keunggulan dalam jaringan SPBU yang tersebar di berbagai penjuru nusantara yang bisa dikembangkan.
Ahmad Bambang mengatakan Pertamina akan mengembangkan strategi channel modern untuk memasarkan produk-produk ritelnya. SPBU akan dikembangkan seperti restoran-restoran cepat saji yang bisa melayani pesan antar. Untuk itu, Pertamina telah menggandeng GoJek. “Sekarang kita benahi sistem teknologi informasinya. Jadi produk-produk yang dijual Pertamina bisa langsung sampai ke konsumen,” tukas dia.
Pertamina juga mengembangkan SPBU Pasti Prima. Nanti SPBU tidak sekadar untuk membeli BBM, namun menjadi food and energy station dengan menggandeng Perum Bulog dan juga PT Pos. “BUMN Corporation akan kami wujudkan dengan menggandeng Bulog dan PT Pos Indonesia,” kata dia.
Ahmad Bambang menjelaskan bahwa Pertamina akan meningkatkan brand image produk pelumas. Apalagi pelumas Pertamina memiliki keunggulan dari sisi harga jual yang lebih kompetitif dibanding produk-produk sejenis lainnya. “Sekarang kalau harganya lebih kompetitif dengan kualitas yang sama, kenapa di bengkel-bengkel itu yang ditawarkan justru produk lain,” ungkap dia. Untuk itu, lanjut Ahmad Bambang, Pertamina akan meningkatkan brand image produk pelumas yang diproduksi, baik ke masyarakat maupun ke para pelaku usaha.
Sementara Rhenald Kasali menilai Pertamina memang harus lebih mendekatkan prodok-produknya dengan konsumen. Selain itu, untuk meningkat brand image produk, Pertamina memperluas sosialisasi setiap produk supaya lebih dikenal masyarakat. “Selain itu, untuk produk seperti oli yang tidak kalah penting tentu saja memenuhi standar internasional. Jika itu sudah dilakukan dan ditambah dengan promosi yang lebih luas, hasilnya akan lebih baik,” ungkap Rhenald.