Beranda ENERGI Migas Demi Pasar, Produsen LNG Masuk Industri Hilir

Demi Pasar, Produsen LNG Masuk Industri Hilir

TAMBANG, LONDON. PERUSAHAAN raksasa energi seperti Royal Dutch Shell dan Total kini tengah disibukkan oleh kegiatan membangun terminal dan pembangkit listrik di pasar barunya, demi mengamankan pasar. Pasokan gas alam yang mereka terima mengalir lancar. Mereka pun harus mencari pasar yang mampu menyerap gas alam cair yang dimilikinya.

 

 

Sayangnya, permintaan gas melambat. Harga turun. Sebagaimana dimuat Business World hari ini, pelambatan permintaan itu terjadi di saat volume produksi LNG melebihi permintaan pembeli utama, yakni Cina dan Jepang. Produsen LNG pun kini menggunakan strategi baru. Mereka ikut masuk ke industri hilir, dengan mendirikan pembangkit listrik. Kantor berita Reuters hari ini melaporkan, industri LNG kini membangun pembangkit listrik, jaringan pipa, fasilitas regasifikasi, dan terminal penyimpanan.

 

 

‘’Kami siap masuk ke pasar hilir, untuk membongkar hambatan permintaan,’’ kata Laurent Vivier, direktur utama divisi gas Total. ‘’Kami perlu untuk hadir di industri hilir untuk menciptakan permintaan, juga untuk membongkar kemacetan di rantai regasifikasi, jalur pipa, dan pembangkit listrik,’’ lanjutnya.

 

 

Perusahaan energi Total berusaha keras untuk meningkatkan pasar gas dan listriknya tiga kali lipat, serta meningkatkan produksi tahunan LNG-nya menjadi 20 juta ton, serta perdagangannya menjadi 15 juta ton pada 2020.

 

 

Total mengambil bagian dalam pembangunan infrastruktur LNG di Indonesia, Cile, Pantai Gading, Ghana, dan Maroko.

 

 

Perusahaan energi lainnya, Shell, berupaya akan meningkatkan pasar LNG-nya dua kali lipat. Kata Kepala Eksekutif Keuangannya, Simon Henry, dari 2020 hingga 2030, terdapat 50 potensi pasar yang berbeda.

 

 

Industri hilir merupakan fokus perusahaan energi seperti Shell, Total, ExxonMobil, dan Chevron. Selama puluhan tahun mereka hanya bergiat di pengelolaan sumur, kilang, dan perawatan.

 

 

Tetapi beberapa analis meragukan keberhasilan pola baru ini. ‘’Ini akan menjadi proses yang menyakitkan bagi perusahaan-perusahaan ini. Mereka belum berpengalaman mengelola industri hilir, apalagi di daerah terpencil,’’ kata Thierry Bros, analis gas senior dari Societe Generale, Perancis.

 

 

Kapasitas produksi LNG dunia diperkirakan naik 50% pada 2020, sekitar 150 juta ton. Akan tetapi permintaan diperkirakan malah berkurang 1,5% setahun, hingga 2021. Akibatnya harga LNG harus berjuang keras, agar tetap layak secara ekonomi.