Jakarta, TAMBANG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengaku bahwa dirinya mendapat dua tugas dari empat program unggulan Presiden Prabowo Subianto. Kedua tugas tersebut yaitu ketahanan energi dan percepatan hilirisasi mineral dan batu bara (minerba).
“Dalam Asta Cita Presiden Prabowo, itu ada empat hal yang menjadi fokus. Pertama, ketahanan pangan, kedua ketahanan energi, ketiga hilirisasi dan yang keempat makanan bergizi. Kebetulan saya kebagian dua tugas, ketahanan energi dan hilirisasi,” ujar Bahlil dalam Beritasatu Economic Outlook 2025, dikutip Jumat (31/1).
Dalam tugas pertamanya, Bahlil tengah menggenjot lifting minyak agar mencapai 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada 2028-2029, sesuai dengan Asta Cita ketahanan dan swasembada energi Presiden Prabowo Subianto. Namun, Bahlil mengakui bahwa merealisasikan target ini bukanlah perkara mudah.
“Presiden Prabowo menargetkan di 2028-2029 sudah harus kita punya lifting kurang lebih sekitar 900 ribu-satu juta. Ini bukan pekerjaan gampang,” ungkap Bahlil.
Bahlil menyatakan bahwa untuk mencapai target lifting yang ditetapkan Presiden Prabowo pada 2028-2029, pihaknya akan menempuh tiga langkah strategis.
Pertama, pemerintah akan menggarap sumur-sumur idle (idle well) yang tersedia. Kedua, optimalisasi sumur-sumur yang sudah ada akan dilakukan melalui penerapan teknologi, termasuk Enhanced Oil Recovery (EOR). Ketiga, percepatan akan dilakukan terhadap 300 sumur yang telah selesai dieksplorasi tetapi belum memiliki Plan of Development (PoD).
PGN Siapkan Capex USD338 Juta, Prioritaskan Infrastruktur dan Transisi Energi
Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini terdapat sekitar 40.000 sumur dengan 16.000 sumur idle yang dapat di-reaktivasi dan masih dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) maupun Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Kementerian ESDM sudah memetakan sumur-sumur yang masih memiliki kandungan minyak serta bagaimana proses memproduksinya.
Selain upaya di atas, upaya lain yang dapat dilakukan adalah mengubah teknis pola pengeboran untuk mendapatkan sisa minyak seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
“Kalau di Amerika peningkatan produksi dari 3 juta barel menjadi 13 juta perhari itu melakukan bornya secara horizontal. Sementara kita selama ini melakukan pemboran secara vertikal. Di Amerika, bornya sudah horizontal supaya bagian minyak yang tidak pernah terangkut ikut naik, sekarang sudah bisa dan juga dengan memanfaatkan teknologi EOR,” tutup Bahlil.
Terkait percepatan hilirisasi, Bahlil sebelumnya menyatakan bahwa program ini merupakan langkah yang tidak dapat dihindari untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Hilirisasi tidak hanya memberikan manfaat ekonomi langsung, tetapi juga membuka peluang besar bagi kerja sama internasional.
Bahlil menekankan bahwa hilirisasi bukan sekadar upaya meningkatkan nilai tambah komoditas dalam negeri, tetapi juga berperan dalam penciptaan lapangan kerja serta mempercepat pertumbuhan industri manufaktur berbasis sumber daya alam.
“Dengan hilirisasi, kita tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengekspor produk bernilai tambah yang mampu memberikan manfaat lebih besar bagi ekonomi nasional,” ucap Bahlil.
Bahlil juga ditunjuk Presiden Prabowo sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Hal tersebut ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1 Tahun 2025.