Jakarta, TAMBANG – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana mengoperasikan teknologi Coal Processing Plant (CPP). Teknologi ini digadang-gadang menjadi andalan efisiensi PLN, untuk pemenuhan kebutuhan batu bara.
“Coal Processing Plant itu kita rencananya ada tiga. Memang masih alternatif. Sumatera satu sudah ada, Jawa mungkin ada dua, (Jawa) Barat dan (Jawa) Timur,” kata Direktur Utama PLN, Sofyan Basyir saat memimpin agenda ‘Pemaparan Laporan Keuangan PLN 2017’ di kantornya, Rabu (28/3).
CPP akan dibekali kemampuan mencampur batu bara yang jenisnya berbeda-beda lalu disatukan menjadi satu sifat. Sehingga batu bara yang diproduksi nantinya, akan berkualitas dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangkit PLN. Dengan demikian, CPP mampu menjamin pasokan batu bara bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Lebih lanjut, CPP juga bisa mengurangi degradasi atau penurunan kualitas batu bara, yang dikarenakan perjalanan angkutan dan kontaminasi air laut.
Soal kemampuan CPP yang sudah direncanakan. Sofyan mengatakan, “Kapasitas (CPP) di Jawa sekitar 10-15 juta ton per unit per tahun. (Sementara CPP) Kalimantan sedang dalam tahap kajian. Mudah-mudahan ada kepastian lokasinya,” tutur Sofyan.
Asal tahu saja, PLN mencanangkan target CPP bisa beroperasi pada tahun 2020. Tentu harapannya, bisa menekan efisiensi produksi sehingga Biaya Pokok Produksi (BPP) murah. Serta masyarakat bisa menikmati tarif listrik yang terjangkau.
Sebagai informasi, Direktur Perencaan Korporat PLN, Syofvi Felienty juga menjelaskan, sejauh ini PLN hanya bisa melakukan efisiensi dalam penggunaan batu bara hingga 30 persen saja. Menurutnya, angka tersebut masih terlalu kecil.
“Batu bara itu kan kita tidak bisa kurang dari 30 persen dari kapasitasnya. Itu yang membuat dia efisiensinya tidak baik,” ujar Syofvi.