CNGR Hong Kong Material Science and Technology Co., Ltd baru saja meneken perjanjian pasokan listrik dengan PT PLN (Persero). Dengan kontrak pasokan sebesar 80 MVW itu, CNGR akan membangun kawasan industri nikel di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel).
“Lewat rencana pembangunan kawasan industri yang akan dilakukan di Kalsel, CNGR berharap bisa membantu menggerakkan roda perekonomian melalui pengembangan infrastruktur di sektor listrik, tambang, industrialisasi, dan sektor lainnya,” ungkap Presiden Direktur CNGR, Tao Wu melalui keterangan resminya, dikutip Selasa (7/6).
Saat ini, CNGR tengah merampungkan smelter di Morowali, Sulawesi Tengah, dan Weda Bay, Maluku Utara. Produksinya berupa nickel matte. Untuk proyek di Kalsel, CNGR nantinya akan memproduksi prekursor.
Di Morowali, CNGR akan menghasilkan nickel matte lewat pabrik sebesar enam line dengan berkapasitas 300 ribu ton per tahun. Sedangkan di Weda Bay, CNGR akan membangun pabrik berkapasitas 12 line dengan produksi 600 ribu ton per tahun. Keduanya ditargetkan dapat beroperasi tahun ini.
Lantas, Siapa CNGR?
CNGR adalah penyedia layanan komprehensif untuk material energi baru terbarukan yang digunakan untuk baterai litium dan nikel. Saat ini, CNGR telah bekerjasama secara strategis dengan puluhan perusahaan terkenal di berbagai belahan dunia.
Perusahaan ini merupakan produsen prekursor terbesar dunia asal Tiongkok. Prekursor jamak dikenal sebagai produk paling hilir sebelum menjadi baterai kandaraan listrik.
Produk inti CNGR telah berhasil memasuki Perusahaan Fortune 500, dan banyak digunakan untuk komponen elektronik canggih, baterai mobil listrik, serta baterai penyimpanan energi terbarukan.
“CNGR merupakan produser prekursor nomor satu di dunia, menguasai 27 persen dari pangsa pasar. Selama ini, kami memasok prekursor untuk Tesla, Apple, LG dan lain-lain. Tahun lalu, penjualan kami tercatat mencapai sekitar USD 3 miliar, tahun ini proyeksinya tembus USD 5 miliar,” kata VP CNGR Advanced Material International Division, Dani Widjaja kepada tambang.co.id.
Adapun visi CNGR, yaitu menjadi penyedia layanan komprehensif paling utama dari material energi baru di dunia. Sedangkan misinya adalah berdedikasi untuk pengembangan energi baru, dan membangun kehidupan yang lebih baik bagi manusia.
Mengusung Teknologi Baru
CNGR memulai debutnya berinvestasi di Indonesia sejak tahun lalu. Kantor pusatnya di Tiongkok, dan membangun divisi internasional di Jakarta.
Dari pabrik di Morowali dan Weda Bay, CNGR akan memproduksi nickel matte, tapi bukan dengan teknologi arus utama rotary kiln electric furnace (RKEF), melainkan dengan menggunakan teknologi besutannya sendiri yang bernama oxygen enriched side-blown furnace (OESBF).
“Masalah utama pengembangan teknologi RKEF adalah kebutuhan energi yang besar. Teknologi OESBF lebih efisien, hanya membutuhkan energi sepertiga dibandingkan RKEF,” ungkap Dani.
Komponen dryer dan kiln pada OESBF sama dengan RKEF, sambung Dani, tetapi beda furnace. Biasanya, electric furnace menggunakan listrik, sementara OESBF pakai batu bara dan oksigen untuk melebur.
“Kami bisa mengolah nikel limonite dengan kadar nikel rendah tapi tinggi besi dan kobalt. Ini kelebihan OESBF, prosesnya lebih efisien dan berbiaya lebih murah,” jelas Dani.
“Kandungan kobalt dalam proses RKEF biasanya terbuang bersama dengan slag. Sedangkan dengan OESBF, kobalt dapat terkandung dalam produk,” pungkasnya.