JAKARTA, TAMBANG. IMPOR batu bara dari Indonesia dan Australia oleh Cina selama Februari lalu, menurun tajam. Indonesia dan Australia merupakan dua pemasok utama batu bara ke negeri tirai bambu itu. Turunnya volume impor oleh pejabat di Cina diartikan sebagai bukti penerapan ketat terhadap pengawasan kualitas batu bara sudah berjalan baik.
Data kepabeanan Cina menunjukkan, impor batu bara dari Australia, tidak termasuk lignit, anjlok menjadi 5,53 juta ton, Februari lalu. Turun 7,3% dari Februari tahun lalu. Lignit sering disebut sebagai batu bara coklat, lunak, dan kalorinya rendah.
Impor dari Indonesia turun lebih tajam lagi, menjadi 1,7 juta ton, alias berkurang 64,9% dibanding Februari 2014.
Penurunan itu terjadi menyusul kebijakan pemerintah Cina yang membatasi pemakaian batu bara impor dengan banyak kotoran. Kebijakan itu dimaksudkan untuk mengurangi asap. Pada saat yang sama, Pemerintah Cina mendongkrak pemakaian batu bara lokal. Banyak pekerja tambang lokal yang menganggur akibat membanjirnya produk impor.
Sebagaimana dilaporkan media WorldCoal, ketidakpastian terhadap aturan baru kualitas batu bara membuat beberapa perusahaan, terutama dari Indonesia, yang akan mengirim batu baranya memilih menunda pengirimannya.
Kata Michael Elliott, konsultan senior pada Ernst and Young, ‘’Kalau Anda pengusaha tambang, dan bisa memasarkan barang Anda ke tempat lain, Anda akan pilih tempat lain itu.’’
Eksportir terbesar batu bara metalurgi dari Australia, BHP Billiton, mengatakan bahwa semua batu bara yang dia pasarkan ke Cina mampu memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Meski demikian, ia masih mempertanyakan bagaimana prosedur Cina memerisa kualitas batuan.
‘’Pada tahap awal penerapan metode baru ini, beberapa rincian masih belum jelas,’’ kata juru bicara BHP. Ia berharap, aturan Cina itu tidak berdampak apapun terhadap bisnis BHP.
Cina merupakan pemakai batu bara terbesar di dunia. Untuk menjaga lingkungan, Cina tengah gencar memerangai tambang liar. Perizinan baru tambang ditunda. Impor diperketat.
Cina juga berupaya memerangi polusi akibat asap pembakaran batu bara. Akibatnya, permintaan terhadap batu bara tumbuhnya melambat. Sebanyak 70% perusahaan tambang batu bara di Cina terkena dampaknya.
Produsen utama batu bara Cina, Shenhua Energy Co. Ltd., tahun lalu apes. Untungnya berkurang 20%, dibanding tahun lalu. Tahun ini Shenhua akan memotong 10,8% produksinya.
China Coal Energy, produsen terbesar kedua batu bara Cina, tahun lalu labanya berkurang 96% dibanding tahun lalu. Dalam pernyataannya China Coal mengatakan, industri batu bara di negeri itu ‘’menghadapi situasi yang menantang.’’
Sumber foto: www.wantchinatimes.com